Jumat, 20 November 2015

maemuki


Apa sih kuncinya menulis? Kadang sudah terbersit kalimat-kalimat yang hendak dituangkan, tapi tatkala tangan ini mulai bergerak di atas keyboard selalu saja tiba-tiba terhenti. Ketika sudah rampung pun kemudian dibaca ulang lantas, kenapa pula dihapus? Tapi 100% kata dari awal saya tulis hingga kalimat ini selesai saya bertekad tidak menghapusnya. Hehe. Ancur-ancur dech. Coba saya baca dulu....


Hm.. Lumayan lah.. Maklum akhir-akhir ini saya banyak membayangkan bagaimana para author menulis novel mereka. Dapat ide dari mana ya? Apa yang mereka lakukan setelah dapat ide? Apakah mereka menulis kerangkanya dulu? Biasanya berapa waktu mereka untuk menyelesaikannya? Bahkan mereka bisa menulis berjilid-jilid buku dengan berbagai judul. Suge na!!!


Ngomong-ngomong (kan ga lagi ngomong) tulis-tulis soal buku. Dua hari kemarin, baru saja Saya baca buku yang berjudul Prophetic Learning. Padahal bukunya sudah lama saya beli, di pojok atas kanan di halaman setelah cover tertera 2 Des 2012.  Ye lah jangan kaget, di rak masih banyak kok buku yang belum saya baca. Memang saya sengaja beli bukunya terlebih dahulu, membacanya bisa kan kapan-kapan atau di saat yang tepat. Ya di saat yang tepat.  Seperti kali ini. Masih ingat postingan sebelum ini? Atashi wa hontou ni ochikounda 落ちこうんだ. Hehe. Saya benar-benar terpuruk sampai mengatakan diri sendiri sebagai okubyoumono. Haha. Tahu kan artinya? Kalau belum tahu silakan cari artinya belajarlah sedikit-sedikit bahasa jepang. Lain kali juga Saya akan posting tulisan dengan bahasa jepang. Full kanji. (sok banget gue. Insyaalloh).

Walaupun baru baca satu bab tapi isinya benar-benar 'ngena'. Memang benar yang namanya manusia adalah makhluk yang pelupa. Sudah berapa lama saya lupa akan tentang berpikir positif? Bukankah sudah pernah menulis untuk lebih positif? Maemuki 前向き itulah bahasa Jepangnya. Kita akan mendapat lebih dari sekadar maemuki dalam buku tersebut. Saya merasakan betapa keren buku itu. Bener loh.. Kenapa ya? Mungkin karena saya meresapi dan memikirkannya kalimat demi kalimat.  Saya merasa setiap kalimatnya adalah bermakna. Haha.. Mungkin itulah susahnya menulis sebuah buku. Perlu dipikirkan kalimat-kalimatnya agar tidak ada yang sia-sia. Saya yakin hal itu sangat jarang diterapkan saat kita berbicara. Hm itukah perbedaannya antara menulis dan berbicara? 

 これ から 前向きに なります。諦めたくないから。絶対に!!!

Jumat, 19 Juni 2015

Okubyou Mono Da!!



Banyak yang berkata aku ini mau jadi apa?
Kok nggak kerja juga gak kuliah
Tapi ku jawab ini lah ku adanya 

Apa ada yang lebih buruk dari menjadi pengangguran selama 2 tahun? Kore wa tabun dai pinch in my life. Atashi wa zutto omoutetta. Kurushii, nayami, kanashii ga atta.  Don don kurakunatta. Zenbu umaku  ikanai no ka? wakaranai desu.  Mada ichinen-ninen ato de kotae ga mieru. Donna kattachi, atashi no jinsei ga. Zehi omitte kudasai! (hehe, baka ka? sonna omoshirokunai yo).
Begitulah segelintir kekhawatiran yang selalu terlintas di hatiku. hidup segan mati tak mau. Istilah itu benar-benar pas dengan kondisi yang kurasakan. Padahal masalahnya sepele bro. Yaitu belum lulus. Belum loh, bukan tidak. Tapi ya begitulah manusia. Kan Alloh SWT dah pernah kate huzz gak sopan, Alloh swt berfirman,  Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al 'Ankabuut:2). Terus ada pula ayat yang menyatakan bahwa bersama kesusahan ada kemudahan. Sampai dua kali loh, ayat itu diulang oleh Alloh.
Hm.. nasihat uminya teman ku sangat mengena. Ini semua hanyalah ujian dari Alloh swt. Alloh menguji kita apakah dengan keadaan yang seperti itu kita masih beriman atau tidak. Intinya bagaimana iman kita dengan keadaan yang berbeda-beda itu. Gimana? simpel kan? Ya iyalah hidup itu mudah kalau kita hanya fokus pada perintah dan larangan Alloh. Yang membuat sulit siapa? Ya diri kita. Eh bukan kita, tapi saya.
Zutto sagashiteta risou no jibun tte, mou chotto kakko yokatta keredo.  Selalu berusaha mencari the better me. Meskipun, kadang merasa sangat tidak keren. Boku ga boku no subete.
Woii, gak usah sok keren. Dasar aku ini pengecut. Iya, memang aku pengecut. Kesuhhhhh.

Jumat, 23 Januari 2015

Ironis



Subhanallah, terinspirasi sekali dengan bukunya ustadz Felix Y. Siauw (The Chronicle of Ghazi & Muhammad Al-Fatih 1453) . Orang-orang hebat memang mempunyai bahasa yang luar biasa sehingga bisa terserap dengan baik oleh pembacanya. Sejarah Islam yang banyak terlupakan bahkan tidak diketahui oleh kabanyakan umat Islam sendiri sejatinya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keimanan seseorang. Perjuangan dan pengorbanan, keimanan dan ketakwaan para penegak Islam jaman dahulu hendaknya dijadikan teladan dan tolak ukur terhadap kondisi umat Islam sekarang ini.

Perbedaannya tampak jelas sekali. Saat ini kondisi umat Islam ibarat buih ombak di pantai. Banyak tapi dalam sekejap hilang tanpa jejak. Dahulu umat Islam tidak sebanyak ini tapi kualitas keimanannya tidak diragukan lagi. Bahkan musuh-musuh Allah dibuat gentar oleh mereka. Para Ulama dan ahli jihad mendatangi sendiri tempat-tempat yang ingin dibebaskan dari kekufuran. Bahkan tanpa dibayar sepeser pun. Ironis sekali dengan sekarang ini, yang apabila ingin mendatangkan seorang ustadz atau pembicara harus bermodalkan rupiah yang tak kecil nominalnya. Ya, semoga saja dibalik semua ini ada tersembunyi maksud atau hal yang baik.

Jadi ini adalah sebuah PR dakwah yang besar bagi kita semua yang ingin mengambil peran dalam kemenangan Islam ini. Perbaiki kualitas dan tingkatkan kuantias dari kualitas yang telah baik tersebut.  Kuncinya adalah fokus pada perintah Allah SWT. 

Mohon maaf tulisan ini adalah hal yang amat sangat umum. kebanyakan para akitivis dakwah telah mengetahui akan hal tersebut. Kore wa tabun boku no omou koto dake desu kedo yappari ima sono kimochi wa wasuretakunai.

Rabu, 14 Januari 2015

Masih Ingin kucinta

Kurang lebih sudah setengah bulan ini tidak mengikuti perkembangan informasi di televisi. Bukannya tidak ada waktu, tapi lebih karena tidak ada televisi yang bisa ditonton. Masa iya, mau 'mantengin' tv mati? Meskipun bisa selancar di dunia maya, pun itu berakhir terseak-seok berharap bisa perbaiki modem yang rusak. Jadilah saya yang bingung 'melongo' saat ikut teman beli telur di warung sayur gara-gara dengar ceramah ibu 'sayur' tentang kisruh politik di Indonesia. 

Betapa bingungnya saya sehingga saya tidak bisa menangkap apa yang sedang Beliau bicarakan. Hanya beberapa kalimat yang bisa saya ingat dari menggebu-gebunya beliau,

"...hebat banget, keren banget, Saya acungin jempol...,...komisi III ketok palu.., sebenarnya saya kecewa banget... mereka yang di sana..,...silakan disampaikan bahwa aku kecewa... ga pa pa sampaikan saja..."

"Waduh Ibu, siapa yang hebat? siapa yang keren? apa yang mau disampaikan? kenapa ibu kecewa? hiks, hiks, cepetan dihitung belanjaannya sih Bu, es krim teman saya sudah meleleh nih", hanya menjerit dalam hati. 

Jumat, 02 Januari 2015

02012015

Beberapa waktu yang lalu saya melihat suatu program di NHK World. Acara tersebut membahas tentang kondisi bumi yang semakin mengenaskan. Suhu bumi yang semakin meningkat mencairkan gunung-gunung es yang berada di daerah kutub. Akibatnya beberapa daratan seperti daerah di sekitar India (saya lupa namanya) mengalami pengikisan. Kalau melihat peta antara berbarapa tahun lalu dengan sekarang terlihat sekali begitu luas daratan yang hilang. Ditambah pula ada rekaman video yang menayangkan saat-saat air menerjang dan menggerus tanah tanpa tersisa. Banyak penduduk yang kehilangan tempat tinggalnya. Mereka sudah terbiasa dengan kejadian ini seolah-olah sudah langganan. Kalau dibiarkan seperti ini terus artinya tanpa ada tindakan dari kita maka kota-kota besar di dunia seperti Tokyo, Shanghai, London, New York akan tergenang air alias banjir. Kebanyakan kota-kota besar di dunia memang berada dekat dengan laut. Kalau Jakara tah jangan ditanya, belum tahun 2050 saja sudah banjir.

Sebenarnya hal semacam itu sudah lama saya ketahui. kira-kira saat saya masih di bangku sekolah. Padahal sekarang sudah 5 tahun tidak sekolah. Bisa dibayangkan berapa lama. Tapi herannya wacana itu seperti timbul tenggelam bahkan jarang sekali dibahas sehingga ditanggapi serius oleh semua manusia, terutama masyarakat. Apa ada program TV di Indonesia yang khusus membahas tentang hal tersebut? Makanya saya lebih suka nonton NHK World dari pada TV Indonesia. Mengapa Indonesia kita seperi ini? Apa sedikit sekali orang yang menyadari? Acara TV yang tidak berkualitas, bencana terjadi di mana-mana, pelayanan masyarakat penuh dengan suap dan nepotisme, kebijakan yang menyusahkan rakyat, .. T_T

Rindu dengan jiwa-jiwa yang mencintai sesama manusia, mencintai lingkungan hidupnya, mencintai pekerjaannya, dan mencintai Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Kita mesti introspeksi.