Minggu, 06 Maret 2011

RANGKUMAN TARBIYAH DZATIYAH


I.       DEFINISI  TARBIYAH DZATIYAH

Tarbiyah Dzatiyah adalah sejumlah sarana Tabiyah (pembinaan), yang diberikan orang muslim, atau muslimah, kepada dirinya, unuk membentuk kepribadian islami yng sempurna di seluruh sisinya : ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan lain sbagainya, dan naik tinggi ke tingkatan kesempurnaan sebagai manusia.
       Atau dengan kata lain, Tarbiyah Dzatiyah ialah Tarbiyah seseorang  terhadap diri sendiri dengan dirinya sendiri. 
II.      URGENSI TARBIYAH DZATIYAH

a.       Menjaga diri mesti didahulukan daripada menjaga orang lain
“Hai orang-orang ya beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu “( At Tahrim:6)
b.      Jika Anda tidak mentarbiyah (membina diri Anda), siapa yang yang mentarbiyah Anda?
“(Ingatlah) Hari Allah mengumpulkan kalian pada hari pengumpulan” (At Taghabun:9)
c.       Hisab kelak bersifat Individual

“dan setiap mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dengan dirinya sendiri” (Maryam:95)
“Dan setiap manusia telah kami tetapkan amal perbuatannya di lehernya dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat kitab yang dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu” (Al Isra: 13-14)
“setiap orang dari kalian pasti diajak bicara Tuhannya, tanpa penerjemah antara dirinya denganNya”(HR. Muttafaq Alaih)
d.      Tarbiyah Dzatiyah lebih mampu mengadakan perubahan
Seseorang tidak dapat meluruskan esalahan-kesalahannya atau aib-aibnya dengan sempurna dan permanen jika ia tidak melakukan upaya perbaikan ini, dengan Tarbiyah Dzatiyah, karena ia lebih tahu diri sendiri dan rahasianya.
e.      Tarbiyah Dzatiyah adalah sarana tsabat (tegar) dan istiqomah
Setelah bimbingan Allah Tarbiyah Dzatiyah adalah sarana pertama yang membuat seorang muslim mampu tsabat di atas jalan iman dan petunjuk hingga akhir kehidupannya. Tarbiyah Dzatiyah juga garis pertahanan terdepan dalam melawan beragam fitnah dan bujuk rayu yang menyimpang. Perumpamaan Tarbiyah Dzatiyah ialah seperti pohon, yang jika akar-akarnya menancap kuat di bumi, maka pohon tersebut tetap kokoh, kendai terkena angin dan badai.
f.        Sarana dakwah yang palling kuat
Qudwah (panutan) tinggi dan kuat sebagai sarana dakwah tidak dapat dibentuk oleh sekian khutbah dan ceramah saja. Namun dibentuk oleh Tarbiyah Dzatiyah yang benar.
g.       Cara yang benar dalam memperbaiki realitas yang ada
Jika setiap individu baik, baik pula keuarga dengan ijin Allah lalu dengan sendirinya total sedikit demi sedikit yaitu dimuliai dengan Tarbiyah Dzatiyah yang dilakukan setiap orang dengan dirinya secara maksimal, syumul, dan seimbang
h.      Karena keistimewaan Tarbiyah Dzatiyah
Urgensi Tarbiyah Dzatiyah lainnya ialah mudah diaplikasikan, sarana-sarannya banyak, dan ada terus pada orang di detiap waktu, kondisi, dan tempat.


III.         SEBAB-SEBAB KETIDAKPEDULIAN KEPADA TARBIYAH DZATIYAH

1.       Minimnya ilmu mengenai dalil-dalil Al Quran dan As Sunnah yang menganjurkan Tarbiyah Dzatiyah
2.       Ketidakjelasan sasaran dan tujuan hidup sehingga sebagian besar kehidupannya sia-sia belaka dan ia lupa pada tujuan hidup yang sebenarnya yaitu  beribadah kepada Allah
3.       Lengket dengan dunia karena ia menganggap hal-hal yang bersifat keduniawian lebih penting dari pada Tarbiyah Dzatiyah
4.       Pemahaman yang salah tentang tarbiyah
Ia berpendapat Tarbiyah Dzatiyah membuat dirinya terputus dari keidupan manusia serta terisolir dari kehidupan mereka. Atau ia anggap Tarbiyah Dzatiyah meyita banyak waktu dan tenaganya
5.       Minimnya basis tarbiyah
Jika basis-basis tarbiyah (lingkungan) terutama rumah, kondusif  dan berpetunjuk  Allah ta’ala, maka membantu seseorang untuk istiqomah. Begitu pula sebaliknya.
6.       Langkanya Murabbi (Pembina)
7.       Perasaan akan panjanngnya angan-angan
Menunda-nunda untuk melakukan Tarbiyah Dzatiyah karena mengira umurnya masih panjang dan menunggu kesempatan datangnya waktu senggang

IV.        SARANA-SARANA TARBIYAH DZATIYAH

SARANA PERTAMA: MUHASABAH
Allah ta’ala berfirman
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwlah kepada Allah dan hendaklah setiap diri mmperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”(Al Hasyr: 18)
Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda
“orang cerdas (berakal) ialah orang yang menghisab dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang yang lemah ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah” (HR. Tirmidzi)
1.       Urgensi Muhasabah secara rutin
Seorang muslim yang melakukan muhasabah terhadap dirinya dari waktu ke waktu dan memeriksa isi kehidupannya agar ia tahu pikiran-pikiran benar apa saja yang ia bawa, lalu ia kembangkan, amal-amal baik apa saja yang ada padanya lalu ia konsisten mengerjakannya, apa saja titik lemah dan kemaksiatan di aspek ilmiah dan amal lalu ia menjauhi
2.       Skala prioritas yang penting
Yang pertama dimuhasabahi adalah kesehatan akidah, lalu  memusabahi dirinya atas pelaksanaan-pelaksanaan kewajiban, shalat lima waktu berjama’ah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung hubungan kekerabatan dan amar ma’ruf nahi munkar. Kemudian tentang sejauh mana dirinya menjauhi hal-hal haram dan kemungkaran-kemungkaran. Serta memuhasabahi diri sejauh mana ia mengerjakan ibadah-ibadah sunnah dan ketaatan lainnya.
3.       Jenis-jenis Muhasabah
·         Muhasabah sebelum berbuat
Ialah seseorang berpikir di awal tekad dan keinginannya, sertatidak segera berbuat, hingga ia mendapatkan kejelasan bahwa keinginannya itu harus ia kerjakan
·         Muhasabah diri setelah berbuat
1.       Muhasabah diri atas ketaatan kepada Allah ta’ala yang ia lalaikan
2.       Muhasabah diri atas perbuatan yang lebih baik tidak ia kerjakan dari pada ia kerjakan
3.       Muhasabah diri atas hal-hal mubah dan wajar. Kenapa ia mengerjakannya? Apakah ia mengerjakannya karena mengharap ridha Allah atau mengharap dunia?
4.       Muhasabah atas waktu
Nabi SAW bersabda ”Pada Hari Kiamat, kedua kaki seseorang hamba tidak dapat bergerak, hingga ia ditanya tentang empat hal. Tentang umurya untuk apa ia gunakan; masa mudanya, untuk apa ia habiskan; tentang hartanya, dari mana ia memperolehnya dan ia belanjakan di hal-hal apa saja; dan tentang apa saja di antara ilmunya yang telah ia amalkan” (HR. At-Tirmidzi).
5.       Ingat hisab terbesar
Allah ta’ala menghisab hamba-hambaNya pada Hari KIamat dengan hisab yang cermat, dan bertanya kepada mereka tentang apa yan telah ia kerjakan, perbuatan baik atau buruk.

SARANA KEDUA: TAUBAT DARI SEGALA DOSA
Allah ta’ala brfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenarnya” (At Tahrim: 8)
Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan TanganNya pada malam hari agar pelaku kesalahan di siang hari dapat bertaubat, dan membentangkan TanganNya pada siang hari agar pelaku kesalahan di malam hari dapat bertaubat, hingga matahari terbit di sebelah barat” (HR. Muslim)
1.       Hakikat Dosa
Pengertian dosa tidak hanya mengerjakan kemungkaran saja tetapi juga termasuk tidak mengerjakan kewajiban-kewajiban syar’i, atau melalaikannya, dalam bentuk tidak mengerjakannya dengan semestinya. Juga termasuk dosa yang dilakukan hati seperti dengki, sombong, iri, bangga dengan diri sendiri dan kagum dengan diri sendiri.
2.       Syarat-syarat Taubat
Taubat yang dilakukan jujur dan serius, berhenti dari dosa pada masa mendatang, menyesali dosa-dosa silamnya, dan bertekad tidak mengerjaknnya lagi pada masa mendatang.
3.       Semua dosa itu kesalahan
Tidak ada bedanya dosa besar dan kecil. Dosa kecil sering disepelekan. Rasulullah bersabda, “Tinggalkan dosa-dosa kecil, karena perumpamaanya seperti orang-orang yang behenti di lembah. Lalu si Fulan datang dengan membawa balok kayu dan si Fulan lainnya datan membawa balok lain, hingga mereka memasak dan roti mereka matang. Jika dosa-dosa kcil dikerjakan pelakunya, maka dosa-dosa kecil itu membinasakannya”(HR. Imam Ahmad)
4.       Hukuman di dunia
Dosa yang pelakunya tidak bertaubat darinya, punya hukuman segera di dunia, sebelum di akhirat, kendati kadang kejadiannya agak tetunda.
5.       Di antara Trik jiwa kita
Setan selalu berjuang mati-matian untuk menipu kita dengan segala cara. Di antaranya ialah keinginan agar setiap kita menunda taubat dan kembali kepada Allah dengan banyak argumetasi. Namun orng berakal segera bertaubat sebelum ajal dating menjemput karena ia tida tahu kapan ia meninggal dunia.

SARANA KETIGA: MENCARI ILMU DAN MEMPERLUAS WAWASAN
Mencari ilmu dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan adalah unsure penting dan sarana urgen Tarbiyah Dzatiyah ideal dan mengarahkannya dengan pengarahan yang benar.
Kiat-kiata mencari ilmu
1.       menghadiri pelajaran imiah minggauan, yang diselenggarakan ustadz di Masjid
2.       menghadiri ceramah-ceramah ilmiah dan Tarbiyah yang diadakan secara rutin, di masjid atau yayasan
3.       membaca buku-buku ilmiah, baik ilmu-ilmu klasik maupun ilmu kontemporer dan membuat agenda rutin dalm hal ini
4.       mengunjungi ulama, penyair, dan pemikir untuk menimba ilmu, keahlian, dan pengalaman mereka, mengadakan dialog, dan diskusi ilmiah dengan mereka
5.       mendngarkan kaset-kaset ilmiah dan ceramah agama di bebagai disiplin imu
6.       mengikuti siaran Al Quran di radio, TV, dan mengambil manfaat dari acara-acara yang positif
7.       memanfaatkan program-program di CD-CD dan jaringan informasi internasional
8.       membaca inforamsi-informasi tentang dunia Islam dan kondisi kaum muslimin d majalah dan Koran
9.       memanfaatkan dengan baik materi-materi ilmiah yang disampaikan ulama da ustadz di fakultas, ma’had, sekolah dan lain sebagainya 
 Beberapa hal yang perlu disampaikan dalam masalah ini:
ü  Ikhlaslah dalam mencari ilmu dan berharaplah keridhaan Allah dalam mempelajarinya
ü  Rajinlah mencari ilmu dan meningkatkan ilmu pengetahuan dengan berbagai sarana
ü  Terapkankan ilmu yangn telah dipelajari pada diri sendiri agar menjadi teladan di seluruh aspek
ü  Tunaikan hak ilmu dan bayar zakatnya dengan berdakwah ke jalan Allah, mengajarkan, menyebarkan kepada manusia dengan sarana, hikmah dan pelajaran yang baik

SARANA KEEMPAT: MENGERJAKAN AMALAN-AMALAN IMAN
Cara ini yang paling bervariatif, besar pengaruhnya pada jiwa, dan membersihkannya. Cara ini juga bukti kuat keinginan ikhlas seseorang dalam memntarbiyah dirinya dan memperbaikinya. Medan sarana ini antara lain:
1.       Mengerjakan Ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin. Misalnnya: Shalat lima waktu berjama’ah di Masjid (bagi laki-laki) dengan khusuk dan tuma’ninah, Berusaha keras tidak ketinggalan takbiratul ihram imam, Puasa bulan Ramadhan dengan menjauhi hal yang haram dan munkar, segera menunaikan ibadah haji jika mampu.
2.       Meningkatkan Porsi Ibadah-ibadah Sunnah. Misalnya: mengerjakan sunnah Rawatib setiap hari,  rajin mengerjakan shalat witir kendati satu rakaat, rajin shalat Dhuha, Qiyamul lail, berpuasa di hari-hari mulia.
3.       Peduli dengan Ibadah Dzikir
dalam pemahamna yang luas dzikir mrnduduki tempat tinggi dalam Tarbiyah Dzatiyah. Dzikir itu bervariatif. Diantaranya,
a.       Membaca Al Quran Al Karim. Ini jenis dzikir paling utama.
b.      Dzikir di berbagai kondisi dan momen
c.       Dzikir pada waktu pagi dan sore hari (Al Ma’tsurat)
d.      Dzikir dengan hitungan-hitungan tertentu seperti disebutkan banyak hadits. Misalnya, Tahlil 100X, Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar masing-masing 33X lalu digenapkan dengan tahlil sekali disetiap usai shalat wajib, Subhanallah wa bihamdihi 100X.
e.      Dzikir Mutlak, yaitu dzikir yang tidak terkait tempat, waktu atau kondisi. Misalnya perkataan Subhanallah, Alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu Akbar, laa haula walaa quwwata illa billah, bershalawat kepada Rasulullah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.       Urgensi Shalat Lima Waktu
Orang Muslim sejati ialah oranng yang konsisten menjalankan shalat lima waktu dan serius menunaikannya secara berjamaah di Masjid, sesuai rukun-rukun, kewajiban, dan sunnah-sunnahnya, pada waktunya, sembari menjauhi kesalahan yang dilakukan sebagian Muslim.
2.       Antara Ibadah dengan Adat Istiadat
Berusaha keras menunaikan ibadah sepenuh hati, memahami makna dan hakikat tujuannya, khusuk, thuma’ninah, jujur dan ikhlas agar ibadah tidak menjadi rutinitas yang membosankan.
3.       Ilmu pengetahuan tidak cukup
tidak dibenarkan hanya mengetahui keutamaan dan pahala amal shalih, tanpa mengamalkannya.
4.       Kita tidak lupa Dzikir kepada Allah
Allah ta’ala berfirman, “ Dan sebutlah Tuhanmu dengan merendahkan diri dan rasa tekut, dan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai”(Al A’raaf: 205)
5.       Memanfaatkan sebaik mungkin saat-saat rajin
Rasulullah SAW bersabda, “Manfaatkanlah lima sebelum datangnya lima hal; masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu”(HR. Al Hakim dengan dishahihkan dan disetujui Adz Dzahabi)
6.       Waktu-waktu dan Tempat-tempat mulia
7.       Urgensi Tawazun
tidak dibenarkan peduli dengan salah satu Ibadah, dengan menelantarkan ibadah lainnya.

SARANA KELIMA: MEMPERHATIKAN ASPEK AKHLAK (MORAL)
Allah ta’ala berfirman, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan; tolaklah (kejahatan) dengan cara yang baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman setia” (Fushshilat: 34)
Rasulullah SAW bersabda, “ Tidak ada sesuatu yang lebih berat ditimbangan hamba Mu’min pada Hari Kiamat selain akhlak yang baik. Dan, Allah benci orang yang berkata jorok dan kotor” (HR. At Tirmidzi).
Arahan Tarbiyah Dzatiyah dalam masalah akhlak
1.       Sabar
2.       Membersihkan hati dari akhlak tercela
3.       Meningkatkan kualitas akhlak
4.       Bergaul dengan orang-orang yang berakhlak mulia
5.       Memperhatikan etika-etika umum

SARANA KEENAM: TERLIBAT DALAM AKTIVITAS DAKWAH
Dalam QS. Al Ashr orang-orang yang tidak rugi di akhirat adalah orang yan mempunyai empat sifat yaitu beriman kepada Allah, beramal shalih, saling berwasiat dalam kebenaran, dan saling berwasiat untuk kesabaran. Sifat ketiga dan keempat tidak mungkin dapat terealisasi kecuali menunaikan kewajiban berdakwah.
Arahan Tarbiyah Dzatiyah dalam aspek dakwah
1.       Merasakan kewajiban dakwah
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa salah seorang diantara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak dapat (merubah dengan tangannya), hendaklah ia (merubah) dengan lidahnya. Jika ia tidak dapat (merubah dengan lidahnya), hendaklah ia merubah dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah” (HR. Muslim)
2.       Menggunakan setiap kesempatan untuk berdakwah -> dakwah di jalan Allah tidak terkait dengan tempat, waktu, kondisi dan tokoh tertentu.
3.       Terus menerus dan tidak berhenti di tengah jalan -> sedikit namun terus menerus itu lebih baik dari pada banyak, namun terputus di tengah jalan.
4.       Pintu-pintu Dakwah itu banyak
5.       Kerjasama dengan pihak lain

SARANA KETUJUH: MUJAHADAH (JIHAD)
Merealisasikan Tarbiyah Dzatiyah secara sempurna memerlukan upaya beristiqamah atas perintaNya. Namun semua itu penuh dengan kelelahan, kesulitan, dan dihadang musuh-musuh. Beberapa penjelasan mengenai masalah ini
1.       Sabar adalah bekal mujahadah
2.       Sumber keinginan
Mujahadah dan keinginan hakiki itu datang dari jiwa, ketekunan, dan membayar harganya sesuai dengan semestinya. Allah ta’ala berfirman, “ Dan orang-orang yang berjihad di (jalan) Kami, Kami pasti tunjukan mereka ke jalan Kami dan sesungguhnya Allah pasti beserta orang yang berbuat baik” (Al Ankabut: 69). Jihad yang paling wajib ialah jihad melawan jiwa, jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan hawa nafsu, dan jihad melawan dunia.
3.       Bertahap dalam melakukan mujahadah
Merubah jiwa dan memperbaikinya itu tidak dapat dilakukan sesaat. Namun harus dilakukan bertahap, sedikit demi sedikit. Diriwayatkan dalam Hadits Qudsi, “Siapa mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sedepa. Siapa mendekat kepadaKu sedepa, Aku mendekat kepadanya selengan. Siapa datang kepadaKu dengan berjalan, Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
4.       Jadilah Anda orang yang tidak lalai
Al Hakim At Tirmidzi berkata, “ Jika Anda lalai tidak mengurusi jiwa dan memperbaikinya, Anda tidak mendapat jaminan jiwa itu tidak kembali kepada sebagian kebiasaannya, selagi syahwat di dalamnya senantiasa hidup dan hawa nafsu ada di dalamnya”.
5.       Siapa yang mengmbil manfaat dari Mujahadah?

SARANA KEDELAPAN: BERDOA DENGAN JUJUR KEPADA ALLAH TA’ALA
Allah ta’la berfirman, ”Dan Tuhan kalian berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan (doa) kalian”(Ghafir: 60)
Rasulullah bersabda, “Iman pasti lusuh di hati salah seorang dari kalian, sebagaimana pakaian itu lusuh. Karena itu, mintalah Allah memperbaharui iman di hati kalian” (HR. Ath Thabrani)
1.       Kebutuhan kita kepada Doa
Suatu hal urgen yaitu perasaan seorang muslim yang banyak memohon bantuannya kepada Allah, bimbingan-Nya kepada kebaikan, petunjuk-Nya ke jalan lurus, kokoh hingga akhir hayat tanpa sesat di dunia dan akhirat. Sedang doanya dilakukan terus-menerus.
2.       Waktu-waktu dan tempat terkabulnya doa
Di antara tempat terkabulnya doa ialah sepertiga malam terakhir, saat adzan untuk shalat lima waktu, antara adzan dengan iqamah, dan ketika sujud. Tempat-tempat paling mulia adalah dalam ka’bah, Hajar Aswad, Shafa, Marwa, saat bepergian dsb.
3.       Syarat-syarat Doa
Antara lain makan pelakunya halal, minta dengan sungguh-sungguh, menampakan kelemahan da kepasrahan kepada Allah saat berdoa, menghadirkan hati, bertaubat dari dosa, cinta dan takut kepada-Nya.
4.       Jangan minta doa dikabulkan dengan segera
5.       Bermanfaatlah untuk Anda dan orang lain
Rasulullah bersabda, “Jika seorang hamba Muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka malaikat berkata kepadanya, ‘Anda juga mendapatkan yang sama (doa yagng sama)”(HR. Muslim)

V.                  BUAH TARBIYAH DZATIYAH

1.       Mandapatkan keridhaan Allah ta’ala dan suga-Nya
Allah ta’ala berfirman, dalam QS. Al Kahfi: 107, QS. Thaha: 75.
 “Siapa yang mengerjakan perbuatan jahat, ia tidak dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu dan siapa mengerjakan amal shaih, baik laki-laki maupun perempuan, sedang ia beriman, maka mereka masuk surga, diberi rizqi di dalamnya tanpa batas” (Ghafir: 40).
2.       Bahagia dan tentram
Allah ta’ala berfirman,
“Siapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya pasti Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (An Nahl: 97)
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan sempit dan Kami mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta” ( Thaha: 124)
3.       Dicinta dan diterima Allah
Disebutkan di hadits Qudsi
“Hambaku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan (melakukan) ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintainya” (HR. Al-Bukhari)
Lalu, tanpa keinginan dan pilihannya, ia dicintai dan dihormat manusia, serta Allah ta’ala membuat mereka menerima dirinya.
“Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia menyeru Malaikat Jibril, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintai dia’. Lalu hamba tersebut dicinai Malaikat Jibril, kemudian Mallaikat Jibril menyeru pada pnghuni langit,’ Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintai dia’. Hamba itu pun dicintai seluruh penghuni langit, kemudian diterima di bumi” (HR. muttafaq Alaih)
4.       Sukses
5.       Terjaga dari keburukan dan hal-hal tidak mengenakan
Allah ta’ala berfirman “ Sesungguhnya Allah membela orang-orang beriman” (Al-Hajj: 38)
Ibnu Rajab berkata “ Barang siapa menjag Allah pada masa muda dan kuatnya, maka Allah menjaganya pada masa tuanya, kekuatannya melemah, menjaga telinga, mata, kekuatan, dan akalnya”
6.       Keberkahan waktu dan harta
7.       Sabar atas semua penderitaan dan kondisi
Orang Muslim yang shalih punya daya tahan kuat, ridha dan bersabar sebab ia tahu derita da msibah itu menghapus kesalahan-kesalahan dan meninggikan derajat.
Allah berfirman, “ Dan sungguh Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekuatan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikan berita gembira pada oang-orang yang bersabar” (Al Baqarah: 155)
8.       Jiwa merasa aman
Allah berfirman. “ Sesungguhnnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran pada mereka dan mereka tidak berduka cita” (Al Ahqaf: 13), Al Fath: 4





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan dikomentari, saya masih harus banyak belajar. Komentar dari Anda akan sangat membantu. ^_^