Rabu, 14 Januari 2015

Masih Ingin kucinta

Kurang lebih sudah setengah bulan ini tidak mengikuti perkembangan informasi di televisi. Bukannya tidak ada waktu, tapi lebih karena tidak ada televisi yang bisa ditonton. Masa iya, mau 'mantengin' tv mati? Meskipun bisa selancar di dunia maya, pun itu berakhir terseak-seok berharap bisa perbaiki modem yang rusak. Jadilah saya yang bingung 'melongo' saat ikut teman beli telur di warung sayur gara-gara dengar ceramah ibu 'sayur' tentang kisruh politik di Indonesia. 

Betapa bingungnya saya sehingga saya tidak bisa menangkap apa yang sedang Beliau bicarakan. Hanya beberapa kalimat yang bisa saya ingat dari menggebu-gebunya beliau,

"...hebat banget, keren banget, Saya acungin jempol...,...komisi III ketok palu.., sebenarnya saya kecewa banget... mereka yang di sana..,...silakan disampaikan bahwa aku kecewa... ga pa pa sampaikan saja..."

"Waduh Ibu, siapa yang hebat? siapa yang keren? apa yang mau disampaikan? kenapa ibu kecewa? hiks, hiks, cepetan dihitung belanjaannya sih Bu, es krim teman saya sudah meleleh nih", hanya menjerit dalam hati. 
Sebenarnya ada rasa nostalgia juga mendengarkan Ibu ini bercerita. Dulu setiap kali belanja seperti sudah menjadi adat, sebelum total harga, saya harus hikmat mendengarkan beliau setuju, protes, mendukung, maupun kecewa dengan pemberitaan politik di televisi. Saya bisa sedikit  berkata ya atau tersenyum mengiringi kecepatan bicaranya yang hampir tanpa jeda.Memang Ibu ini keren, selalu mengikuti perkembangan politik meskipun sibuk dengan pekerjaannya. Maklum beliau kan dulu juga pejuang dakwah. Hanya saja beliau pernah kecewa.


Saya yang merasa belum puas meskipun sudah bertanya kepada sang teman saat perjalanan pulang, akhirnya langsung menancapkan modem mencari tentang perihal tersebut, menuju situs berita favorit, langsung buka indeks nasional, kemudian politik. Semakin lama, semakin banyak berita yang dibaca, tidak hanya politik. Bahkan masih ada saja yang mneghina rasulullah dan Islam. Huft...Rasa apa ini? Prihatin dan sedih. Tiba-tiba ada rasa rindu. Rindu sekali. Perjuangan Rasulullah, sahabat, dan pengikutnya demi menegakkan dinullah. Masa Islam pada kejayaan. Keberanian, keyakinan, dan semangat yang mereka miliki bahkan disegani para musuh. Semua yang mereka korbankan dan perjuangkan hanya semata-mata Lillah. Bahkan mati pun mereka sambut dengan bahagia. Hidup mati pun sama saja menang. Berdiri gagah, berteriak lantang. berlari menerjang segala apa yang menghalangi tegaknya keadilan dan kemanusiaan. Pun tetap memiliki hati lembut dan khusuk ketika mengahdap Rabbnya. Merasa lemah, tak berdaya, selalu mengharap ampunan dan pertolonganNya. Keimanan dan ketaqwaan mereka tak diragukan.

Mereka bukanlah orang yang suka kekerasan. Mereka justru ingin memuliakan dan memanusiakan manusia dengan Islam. Mengapa banyak yang belum mengerti? Mengapa banyak yang belum sadar? Terbutakan dan diperbudak oleh hawa nafsu yang menyesatkan dan merusak. Betapa Allah SWT menyayangi manusia. Manusialah yang mendzalimi diri mereka sendiri.
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (QS. Yunus [10] : 44).

Sebenarnya saya malas menonton berita di Indonesia yang isinya itu-itu saja, bahkan seringkali saya membandingkan dengan Jepang. Lebih suka cari informasi tentang Jepang dengan segala kebaikannya. Disana nilai-nilai Islam diadopsi oleh bukan orang Islam. Padahal Indonesia negara dengan penduduk Islam terbanyak sedunia. Mungkin karena sedunia itu, mereka kebanyakan hanya memikirkan dunia.
Allahu 'alam.

biarlah di setiap penghujung sholatku semakin panjang, karena...
Indonesia, masih ingin kucinta. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan dikomentari, saya masih harus banyak belajar. Komentar dari Anda akan sangat membantu. ^_^