Sabtu, 05 Mei 2012

Tafakur Matahari


Dalam Al Qur'an Allah bersumpah demi makhluk-makhluk dan fenomena-fenomena semesta itu, sebagaimana Dia bersumpah dengan jiwa dan penyempurna ciptaannya serta pengilhamnnya. Di antara persoalan sumpah ini adalah memberikan nilai yang sangat tinggi kepada makhluk-mahluk tesebut. Kemudian menghadapkannya pada hati manusia supaya meresponnya dan merenungkan nilai-nilai dan petunjuk-petunjuk yang dikandungnya. Sehingga ia layak dijadikan objek sumpah oleh Allah Yang Maha Agung.

Begitu pula dengan makhluk Allah yang satu ini yaitu matahari. Jika kita mencari kata matahari dalam Al Quran Digital maka akan keluar sebanyak 42 ayat yang berkaitan dengan matahari. Matahari yang beredar pada garis eredarnya. Matahari yang menciptakan bayang-bayang sebagai penanda waktu. Matahari yang terbit dan terbenam. Matahari yang dijadikan dasar perhitungan dan sebagainya.

Hikmah atau Ibrah yang bisa diambil dari matahari
adalah bahwa matahari selalu sesuai porsinya. Ia tidak serakah dan tahu diri. Matahari ia bersinar bergantian dengan bulan. Coba bayangkan saja jika matahari enggan terbenam. Maka terbakar sudah bumi kita. Ia juga tahu saat ia dibutuhkan yaitu ketika pagi hari ia terbit. Ia dinantikan oleh makhluk yang ada di bumi karena manfaat yang diberikannya. Ia sama sekali tidak pernah ‘ngambek’ untuk tidak muncul sehari pun. Jika ia demikian maka sudah pasti bumi ini menjadi beku dan sangat dingin. Tidak akan ada kehidupan di dalamnya. Matahari menyinari bumi tanpa diminta. Itu semua atas kehendak Allah. Matahri beredar sesuai dengan garis edarnya. Teratur. Matahari hanya satu dari sekian banyaknya bintang. Ia senantiasa mengatur jaraknya dengan bumi. Itu merupakan suatu proporsi yang sangat tepat. Tidak terlalu dekat sehingga bisa membakar bumi. Ia juga tidak terlalu jauh supaya kehangatannya tetap bisa dirasakan oleh makhlik-makhluk dibumi. Matahari tidak hanya memberikan kehangatan, tapi ia memberikan banyak manfaat lain. Ia menerangi bumi dengan cahayanya. Ia mendatangkan siang yang dengannya manusia bisa beraktifitas menunaikan kewajibannya. Ketika ia menghilang maka datanglah malam, yang saat itu adalah saatnya manusia beristirahat dan mendekatkan diri padaNyA.

Harapannya kita bisa menjadi hal serupa dengan matahari. Sebagai aktifis dakwah kita bisa menempatkan diri kita di mana pun berada sesuai dengan porsinya. Sesuai dengan kapasitas kita. Tidak serakah ingin selalu dilihat dan tidak diam karena malas. Tapi kita tahu ada saatnya untuk bergerak/ terlihat, dan tahu kapan waktunya untuk diam/di belakang layar. Tapi jika saatnya kita sudah diam maka tidak akan ada keengganan sedikitpun untuk kita kembali bergerak. Untuk kembali dimintai pertolongan. Tanpa pikir panjang dan tanpa banyak alasan. Karena kita tahu kita memang dibutuhkan. Jadi kita senantiasa siaga. Kita hendaknya juga tahu bagaimana menjaga diri kita dari sekian banyaknya hal-hal yang bersifat syubhat/ragu-ragu, misalnya interaksi antara ikhwan dan akhwat. Pribadi yang seperti matahari adalah pribadi yang membawa cahaya. Memperjelas suatu kerabunan yang terjadi. Pribadi yang membawa banyak manfaat.

Semoga kita juga bisa menjadi seperti matahari yang senantiasa memberi tanpa pernah berharap untuk menerima. Kecuali hanya ridhaNYA.
Aamiin.

Referensi:
Al Quran Digital
Tafsir fi Zhilalil Qur'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan dikomentari, saya masih harus banyak belajar. Komentar dari Anda akan sangat membantu. ^_^