Dalam Al Qur'an Allah bersumpah demi makhluk-makhluk dan
fenomena-fenomena semesta itu, sebagaimana Dia bersumpah dengan jiwa dan
penyempurna ciptaannya serta pengilhamnnya. Di antara persoalan sumpah ini
adalah memberikan nilai yang sangat tinggi kepada makhluk-mahluk tesebut.
Kemudian menghadapkannya pada hati manusia supaya meresponnya dan merenungkan
nilai-nilai dan petunjuk-petunjuk yang dikandungnya. Sehingga ia layak
dijadikan objek sumpah oleh Allah Yang Maha Agung.
Begitu pula dengan makhluk Allah yang satu ini yaitu
matahari. Jika kita mencari kata matahari dalam Al Quran Digital maka akan
keluar sebanyak 42 ayat yang berkaitan dengan matahari. Matahari yang beredar
pada garis eredarnya. Matahari yang menciptakan bayang-bayang sebagai penanda
waktu. Matahari yang terbit dan terbenam. Matahari yang dijadikan dasar
perhitungan dan sebagainya.
Hikmah atau Ibrah yang bisa diambil dari matahari
adalah
bahwa matahari selalu sesuai porsinya. Ia tidak serakah dan tahu diri. Matahari
ia bersinar bergantian dengan bulan. Coba bayangkan saja jika matahari enggan
terbenam. Maka terbakar sudah bumi kita. Ia juga tahu saat ia dibutuhkan yaitu
ketika pagi hari ia terbit. Ia dinantikan oleh makhluk yang ada di bumi karena
manfaat yang diberikannya. Ia sama sekali tidak pernah ‘ngambek’ untuk tidak
muncul sehari pun. Jika ia demikian maka sudah pasti bumi ini menjadi beku dan
sangat dingin. Tidak akan ada kehidupan di dalamnya. Matahari menyinari bumi
tanpa diminta. Itu semua atas kehendak Allah. Matahri beredar sesuai dengan
garis edarnya. Teratur. Matahari hanya satu dari sekian banyaknya bintang. Ia
senantiasa mengatur jaraknya dengan bumi. Itu merupakan suatu proporsi yang
sangat tepat. Tidak terlalu dekat sehingga bisa membakar bumi. Ia juga tidak
terlalu jauh supaya kehangatannya tetap bisa dirasakan oleh makhlik-makhluk
dibumi. Matahari tidak hanya memberikan kehangatan, tapi ia memberikan banyak
manfaat lain. Ia menerangi bumi dengan cahayanya. Ia mendatangkan siang yang
dengannya manusia bisa beraktifitas menunaikan kewajibannya. Ketika ia
menghilang maka datanglah malam, yang saat itu adalah saatnya manusia
beristirahat dan mendekatkan diri padaNyA.
Harapannya kita bisa menjadi hal serupa dengan matahari.
Sebagai aktifis dakwah kita bisa menempatkan diri kita di mana pun berada
sesuai dengan porsinya. Sesuai dengan kapasitas kita. Tidak serakah ingin
selalu dilihat dan tidak diam karena malas. Tapi kita tahu ada saatnya untuk
bergerak/ terlihat, dan tahu kapan waktunya untuk diam/di belakang layar. Tapi
jika saatnya kita sudah diam maka tidak akan ada keengganan sedikitpun untuk
kita kembali bergerak. Untuk kembali dimintai pertolongan. Tanpa pikir panjang
dan tanpa banyak alasan. Karena kita tahu kita memang dibutuhkan. Jadi kita
senantiasa siaga. Kita hendaknya juga tahu bagaimana menjaga diri kita dari
sekian banyaknya hal-hal yang bersifat syubhat/ragu-ragu, misalnya interaksi
antara ikhwan dan akhwat. Pribadi yang seperti matahari adalah pribadi yang
membawa cahaya. Memperjelas suatu kerabunan yang terjadi. Pribadi yang membawa
banyak manfaat.
Semoga kita juga bisa menjadi seperti matahari yang
senantiasa memberi tanpa pernah berharap untuk menerima. Kecuali hanya
ridhaNYA.
Aamiin.
Referensi:
Al Quran Digital
Tafsir fi Zhilalil Qur'an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan dikomentari, saya masih harus banyak belajar. Komentar dari Anda akan sangat membantu. ^_^