Rabu, 06 November 2013

Hidup Itu Seperti Ini



Ada yang sedang sedih, biarkanlah saja. Ada yang menangis, tak apa. Kita tak akan selalu bisa menahan air mata yang jatuh, bukan?
Kadang ada kelegaan menyergap, melihat air garam itu mengalir. Wah, sadis ya? Bahagia di atas penderitaan orang lain. Tapi bukan itu maksudnya.
Orang yang tak pernah menangis, malah itu membuat lebih khawatir. Seperti ada pertanyaan, “ apakah ia baik-baik saja?” (menahan dirinya untuk orang lain).
Karena hidup itu ada hari-hari di mana kita akan merasa bahagia dan sedih. Ya, akan ada hal sedih. Jangan-jangan karena terlalu bahagia, kita malah melupakan hal itu. Atau karena terlalu sedih, kita jadi lupa untuk tersenyum dan tertawa. Aneh ya?
Hanya ada satu hal yang pasti. Saat hari yang tidak kita inginkan itu datang. Saat tersadar ternyata kita sudah jatuh. Saat kau merasa hidupmu berhenti. Waktu akan terus berjalan. Ya, ia tidak akan menunggu walau hanya sekejap.
ano hito
Saat ada yang merasa begitu, entah bagaimana, tapi yang ada hanya rasa percaya bahwa mereka akan baik-baik saja. Mereka pasti bisa kembali tersenyum. Saya percaya. Jadi saya tidak begitu khawatir.  Ah,.. egoiskah saya? Pada akhirnya saya kembali memikirkan diri sendiri. Saite!
Tak apa, menangis. Menangis sambil makan bubur ayam. Menangis sebelum tidur.  Menangis dalam tidurmu. Bahkan menangis di depan tv, itu tidak mengapa (segitunyakah? Tapi itu yang terjadi) Menangislah juga dalam tilawah dan doamu. Menangis dalam sholat dan sujudmu. Allah selalu bersama kita.
Tidak apa-apa, lihatlah langit, ia masih terbentang menghubungkan kita di tempat yang berbeda.
Untuk seseorang yang tak kutahu ia sedih,  ketahuilah itu membuatku merasa bersalah. Daijobu yo? Atashi wa itsumo anata o shinjite. Entah di mana, ku harap kau akan selalu baik-baik saja. Ah.. kangen berat.. hiks.   

Rabu, 27 Februari 2013

Dakwah itu.....



Wuuiing..., Bugg! Sebuah bantal tepat mendarat di muka sang Kakak yang entah sedang mimpi apa saat itu. “Woii, Mas,, tangi, tangi,, sholat ndisit mana!!!” Sama sekali tidak bergeming, sang Kakak malah semakin menyelami tidurnya dengan membenamkan kepalanya dengan bantal sedalam-dalamnya.
“heh, malah turu maning, tangi! tangi! Mengko waktune enteng!” Teriakan adik lebih kencang. Hehe, bantal memang peredam suara yang cukup baik di saat-saat seperti ini sehingga teriakan adik yang membahana itu bisa sedikit teratasi. Tak mau kalah dan tak kehabisan akal, sang adik mulai mengguncang-guncang badan yang kaku nan keras itu dengan sekuat tenaganya.
“wis turu sedina-dina ya ora tangi-tangi sih, sing mbarang esuk anjog awan, awan anjog sore, sholat sadela ya kena rah mana!!!” huh, kali ini suara adik semakin menjadi, menyulutkan api emosi kakak. Merasa ketenangannya terganggu, dengan nada yang kesal sang kakak menjawab “YAAk!!”. Seakan usahanya terbayar, adik pun berlalu. Selanjutnya tidak ada posisi yang berubah.

Jumat, 25 Januari 2013

boku wa daijobu desuka?



Wah, sudah lama tidak up date blog. Selain bingung mau nulis apa juga kurang motivasi, siapa juga yang mau baca tulisan tidak jelas ini. Aaah, ternyata sudah tahun 2013. Waktu terasa cepat berlalu. Tanpa kusadari yang ada hanya aku dan kenangan-lirik lagu mode on- (Efek kepentok saat tidak tahu harus menulis apa, paling parah ng-upload lirik lagu. Tinggal copas cuy!).