Wuuiing..., Bugg!
Sebuah bantal tepat mendarat di muka sang Kakak yang entah sedang mimpi apa
saat itu. “Woii, Mas,, tangi, tangi,, sholat ndisit mana!!!” Sama sekali tidak
bergeming, sang Kakak malah semakin menyelami tidurnya dengan membenamkan
kepalanya dengan bantal sedalam-dalamnya.
“heh, malah turu maning, tangi! tangi!
Mengko waktune enteng!” Teriakan adik lebih kencang. Hehe, bantal memang
peredam suara yang cukup baik di saat-saat seperti ini sehingga teriakan adik
yang membahana itu bisa sedikit teratasi. Tak mau kalah dan tak kehabisan akal,
sang adik mulai mengguncang-guncang badan yang kaku nan keras itu dengan sekuat
tenaganya.
“wis turu sedina-dina ya ora
tangi-tangi sih, sing mbarang esuk anjog awan, awan anjog sore, sholat sadela
ya kena rah mana!!!” huh, kali ini suara adik semakin menjadi, menyulutkan api
emosi kakak. Merasa ketenangannya terganggu, dengan nada yang kesal sang kakak
menjawab “YAAk!!”. Seakan usahanya terbayar, adik pun berlalu. Selanjutnya tidak
ada posisi yang berubah.