Sistem nilai kebebasan yang dari
dulu seringkali dibangga-banggakan oleh bangsa barat sudah mulai ditinggalkan.
Sosialisme yang diusung oleh bangsa komunisme pun mulai menyeleweng dari
seharusnya, bahkan mulai menampakan kegagalannya dan tak mampu untuk
menuntaskan masalah yang terjadi di
masyarakat. Hal ini disebabkan nilai-nilai tersebut memang tidak sesuai dengan
fitrah manusia. Oleh karena itu perlu adanya kepemimpinan yang baru, yaitu
kepemimpinan Islam. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan dalam ayat-ayatNya
bahwa umat Islam memilki tujuan untuk menjadi pemimpin sekaligus dalam rangka
ibadah kepadaNya. Namun untuk menjadikan yang demikian tidaklah mudah. Meskipun
Islam pernah berjaya pada beberapa abad silam, namun kondisi sekarang yang
telah banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan bangsa barat baik dari segi
budaya, ilmu, teknologi dan lain sebagainya tidak dapat dihilangkan secara
sepenuhya. Apalagi dalam perkembangan di bidang sains dan teknologi telah
membawa manusia dalam kemajuan, oleh karenanya tidak dapat dihilangkan begitu
saja. Namun bagi Umat Islam sendiri yang telah tertidur begitu lamanya tidak
akan dapat menyainginya begitu saja. Maka dari itu umat ini tidak akan bersaing
lewat jalan materi. Untuk memegang tampuk kepemimpinan dunia ini umat Islam
membutuhkan yang lebih asasi dibandingkan dengan hal yang bersifat materi.
Syarat pokok tersebut adalah akidah dan program yang akan membuat manusia teratur,
bahkan mengendalikan sains dan teknologi. Dengan terbentuknya masyarakat Islam
inilah, maka manusia hanya akan menghamba dan taat kepada Allah. Aturan yang
berlaku adalah aturan Allah yang juga akan membawa kebaikan bagi manusia itu
sendiri.
Di zaman
modern ini manusia tidak akan mendengar kepada akidah yang hanya diucapkan
belaka. Oleh karenanya ia harus bisa menjelma menjadi nyata dan bisa dibuktikan di dalam
masyarakat, bahwa dengan terbentuknya masayarakat yang berpedoman pada Islamlah
manusia akan selamat. Untuk mewujudkankan diperlukan beberapa kader atau
pelopor untuk kebangkitan umat ini. Dan segolongan orang tersebut juga harus
tahu pula pedoman atau panduannya. Dan panduan ini tidak lain dan tidak bukan
adalah Al Quran dan juga dari arahan-arahan Al-Quran yang asasi juga dari
konsep yang telah dipancarkan oleh Al-Quran ke dalam jiwa para pelopor dan
kader dahulu, yang telah diberi penghormatan besar oleh Allah SWT untuk
mengubah sejarah umat manusia sesuai
kehendak Allah.
GENERASI ALQURAN YANG UNIK
Generasi yang terbaik adalah
generasi para sahabat Rasulullah SAW. Mengapa generasi tersebut sangat berbeda
dengan generasi sekarang? Padahal AlQuran dan Hadist Rasulullah SAW masih ada
sampai sekarang. AlQuran senatiasa dijaga kemurniannya oleh Allah SWT hingga
hari kiamat. Ketiadaan RasulullahSAW pada zaman sekarang bukan merupakan suatu
alasan. Hal ini tejadi karena:
- Yang menjadi sumber pokok panduan mereka hanya AlQuran semata. Meskipun pada waktu itu banyak buku karangan, filsafat, ilmu, dan perundang-undangan dari kebudayaan lain tetapi Rasulullah SAW bermaksud mengarahkan supaya sumber panduan dan pengajaran generasi pertama itu hanya terbatas kepada kitab Allah (Al-Quran) saja dan jiwanya lurus ke arah sistemNya yang tunggal tersebut. Rasulullah SAW bertujuan membentuk satu generasi yang bersih hatinya, bersih pemikirannya, bersih pandangan hidupnya, bersih perasaannya, dan murni jalan hidupnya dari berbagai unsur lain. Namun kini sumber tersebut telah bercampur dengan sumber dan falsafah lain seperti falsafah Yunani dan cara berpikirnya, dongeng-dongeng Persia dan pandangan hidupnya, cerita-cerita Israel Yahudi, falsafah Ketuhanan ala-Kristen yang telah bercampur baur di dalam tafsir Al-Quran dan ilmu Al-Kalam.
- Sahabat Rasulullah sebagai generasi pertama itu tidak mendekatkan diri mereka dengan Al-Quran dengan tujuan mencari pelajaran dan bahan bacaan, bukan juga dengan tujuan mencari hiburan dan penglipur lara. Mereka mempelajari Alquran dengan maksud hendak melaksanakan arahan dan perintah Allah.
- Setelah Islam datang para sahabat Rasulullah benar-benar meninggalkan kehidupan jahiliyahnya. Seorang yang menganut Islam itu sebenarnya telah melucutkan dari dirinya segala sesuatu dari zaman lampaunya di alam jahiliyah.
Saat
ini yang seharusnya kita lakukan adalah belajar untuk melakukan. Mengetahui apa
yang seharusnya kita lakukan maka lakukan. Sehingga kita akan menemukan
keindahan Alquran.
TABIAT PROGRAM AL-QURAN
Persoalan
yang dikemukakan oleh Ayat-Ayat Al-Quran zaman Mekah itu adalah persoalan
MANUSIA yang tidak pernah berubah. Al-Quran zaman Mekah telah memberi penjelasan kepada manusia tentang rahasia
wujud manusia itu sendiri dan wujud dunia di sekitarnya. Hendaknya para dai
memperhatikan fakta tersebut, karena
persoalan akidah adalah persoalan pokok sejak awal mula dakwah Rasul SAW.
Ketika Rasulullah SAW menyerukan kalimat LA ILAAHA ILLALLAH ke dalam hati dan
fikiran manusia, walaupun jalannya sangat lebih berat dibandingkan Rasul SAW
menguasai manusia dengan cara lain, maka saat itu pula segala sesuatunya akan
berjalan sesuai dengan keadilan Allah SWT, jiwa dan akhlak manusia pun menjadi
bersih, nilai manusia pun menjadi tinggi. Manakala akidah LA ILAAHA ILLALLAH
itu meresap di lubuk hati, niscaya akan meresap pulalah peraturan-peraturan
yang dibawa oleh LA ILAAHA ILLALLAH itu. Aturan-aturan yang ada di ALQuran
benar-benar sesuai dengan realita masyarakat serta tidak mengandai-andai, ia
bersifat praktikal, bergerak dan serius. Jika para da’i hanya menyampaikan sebagian
saja tentang Islam dengan maksud supaya terlihat menarik dan mendapat simpati
maka itu adalah kekeliruan yang besar. Sesungguhnya konsep Islam terhadap
konsep ketuhanan, terhadap alam semesta ini, terhadap kehidupan dan manusia itu
sendiri adalah merupakan suatu konsep yang menyeluruh dan sempurna, dan ia juga
suatu konsep yang nyata lagi positif. Turunnya AlQuran yang secara
berangsur-angsur ini mesti dipahami supaya manusia membacanya dengan tenang,
supaya pembinaan dan penyusunan yang terdiri dari akidah, konsep, dan sistem
yang ada itu bukan sekadar teori.
MASYARAKAT ISLAM PERTUMBUHAN DAN
CIRI-CIRINYA
Manusia
yang merupakan bagian dari alam semesta yang diciptakan oleh Allah SWT mestilah
tunduk dan patuh pada peraturan dan undang-undang Allah yang mengatur
perjalanan alam dan dunia ini seluruhnya. Namun jahiliyah dan penyelewengan
dari hukum Allah itu tidak hanya sebatas teori semata. Ia malah kadang-kadang
menjelma dalam bentuk masyarakat atau perkumpulan yang mengikuti kemauan,
perasaan, dan kebiasaan masyarakat itu sekehendak hati sehinggga hubungan antar
sesamanya begitu sangat erat tidak bisa dipecahkan. Oleh karena itu usaha untuk
menghapuskannya harus benar-benar keras pula. Untuk mengatasinya maka perlulah
adanya organisasi yang aktif, yang jauh dari ala jahiliyah dan mengikuti
Rasulullah SAW, organisasi yang dasar teori Islam ini dapat menjelma di dalam
kenyataan hidup masyarakat. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang berdasarkan
akidah, tidak berdasarkan suku, negara, warna kulit, bahasa, dan kepentingan
daerah; di dalamnya menunjukan ciri-ciri “memanusiakan manusia”. Masyarakat
Islam itu menjadi sebuah masyarakat terbuka untuk semua bangsa, semua golongan,
semuar warna kulit, semua bahasa dan sembarang perbedaan sehingga ia menjadi satu
dalam sebuah wadah yang meraksasa dalam waktu yang singkat menjadi kokoh tiada
bandingnya, menjangkau seluruh intisari
kebolehan manusia di zamannya dalam satu ikatan akidah yaitu Islam.
JIHAD DI JALAN ALLAH
Orang-orang
yang mengerti akan tabiat agama ini (Islam)
mengerti dan paham pula tentang betapa penting dan perlunya sebuah
organisasi yang aktif dan dinamis yang dibawa oleh Islam dalam bentuk
perjuangan dengan menggunakan kekuatan senjata di medan perang, di samping
perjuangan di medan penerangan (dakwah). Mereka juga tentu mengerti bahwa
perjuangan Islam itu bukanlah suatu perjuangan untuk “mempertahankan diri saja”
atau motif lain di luar tabiat asal agama ini. Jihad dan perjuangan adalah
syarat utama bagi perjalanan dakwah ini, karena tujuan ialah memproklamirkan
kebebasan umum umat manusia hingga ia mampu menghadapi realiti dari segenap
segi. Dalam Al-Haj: 39-41 diterangkan bahwa mereka diperintah memerangi
orang-orang dan golongan yang memerangi mereka terlebih dahulu dan dilarang
memerangi orang atau golangan yang tidak mulai memerangi mereka. Menurut pendapat Imam Ibnul-Qayyim pada peringkat
pertamanya dilarang, kemudian dibenarkan, kemudian disuruh lakukan ke atas
individu dan golongan yang memulakan
peperangan itu, kemudian diperintah supaya perang itu dilakukan ke atas
seluruh orang musyrikin.
Sebelum
setiap orang muslim keluar berjuang dan berperang di medan jihad, dia pada
hakikatnya telah pun berhasil mengharungi medan jihad yang amat besar di dalam
dirinya sendiri, melawan godaan syaitan di dalam hatinya, menentang nafsu dan
syahwah keinginan yang beraneka bentuk, menentang rasa tamak, rasa cinta diri,
cinta kaum kerabat dan anak bangsa sendiri, dan menentang logo-logo yang bukan
logo Islam menentang sebarang dorongan untuk menyembah dan mematuhi kuasa
yang lain daripada Allah dan sebarang halangan dari terlaksananya kekuasaan dan
pemerintah Allah di muka bumi ini.
LA ILAAHA ILLALLAH PANDUAN HIDUP
Pengakuan
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah (LA ILAAHA ILLALLAH) dan Muhammad itu ialah
utusan Allah (MUHAMMADUR RASULULLAH) adalah kaedah bagi suatu program yang
lengkap yang menjadi tapak kehidupan umat Islam seluruhnya. Pengabdian diri itu
hendaklah terjelma di dalam bentuk kepercayaan seperti juga di dalam semua
syiar-syiar dan simbol-simbol peribadatan, seperti mana juga ianya menjelma di
dalam peraturan-peraturan dan undang-undang. Sebelum dipikirkan soal mewujudkan
masyarakat Islam di atas landasan sistem
itu perlu dan sayogyanya dititik beratkan dahulu kepada kebersihan setiap hati
nurani si Muslim itu dari mengabdikan diri kepada yang lain daripada Allah
dengan perkataan lain menjelma dalamnya pengakuan: bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah dan Muharmmad ialah utusan Allah (LA ILAHA ILLALLAH
MUHAMMADUR-RASULULLAH). Masyarakat yang tidak murni pengabdiannya kepada Allah
SWT; pengabdian yang menjelma di dalam kepercayaan dan keyakinan di dalam syiar
dan lambang peribadatan, juga di dalam peraturan dan undang-undang disebut di
dalamnya sebagai masyarakat jahiliyah. Termasuk di dalamnya adalah masyarakat komunis; masyarakat penyembah
berhala yang kebanyakan terdapat di India, Jepang, Filipina dan Afrika;
masyarakat Yahudi dan Kristian; serta masyarakat yang mengaku masyarakat Islam
tapi tidak menumpu dan membulatkan pengabdian dirinya kepada Allah SWT di dalam
sistem hidupnya. Allah Yang Maha Mengetahui, agama Allah itu bukanlah
sesuatu yang kabur dan programnya untuk
dihayati. Adapun situasi kehidupan manusia, teori-teori dan mazhab-mazhab
pemikiran manusia jadi menyeleweng dan rusak karena ia tegak semata-mata di
alas dasar ilmu pengetahuan manusia yang dangkal dan cetek seperti yang
disifatkan oleh Al-Quran, bahwa manusia hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit saja.
UNDANG-UNDANG UNIVERSAL
Sesungguhnya
dibalik alam semesta ini ada kuasa Allah SWT yang mengendalikan, menggerakan,
mengatur langkah gerakannya satu persatu, sehingga tidak bertabarakan antar
satu sama lain, tidak berhenti, sehingga pergerakannya teratur dan rapi. Oleh sebab itu maka alam ini terus berjalan
dengan selamat sampai Allah menghendaki sesuatu yang lain. Manusia adalah
bagian dari alam ini. Undang-undang yang mengatur manusia tidak lain adalah
undang-undang yang mengatur alam semesta ini. Syariat yang ditetapkan Allah
untuk manusia adalah sesuai dengan fitrah hidupnya, itu merupakan bagian dari
undang-undang umum Allah, yang disebut sebagi “undang-undang universal”.
Syariat yang ditentukan Allah untuk manusia sesuai dengan perkembangan dan
perjalanan alam, maka keseimbangan antara semua undang-undang itu berlaku
dengan baiknya jika terjadi keselarasan semua itu di dalam hidup umat manusia
dan dalam gerak alam tempat manusia itu hidup dan berteduh. Dengan demikian
maka mematuhi dan mengamalkan syariat Allah adalah menjadi kewajiban utama bagi
tercapainya “keseimbangan” itu, di samping kewajiban melaksanakan Islam dari
segi akidah dan konsep hidup. Kebaikan dan kebahagiaan umat manusia akan dapat
terlaksana dari adanya keseimbangan gerak lahir dengan gerak batin manusia,
keseimbangan antara kedua gerak manusia dengan gerak alam semesta, yang
berpedomankan syariat Ilahi untuk seluruh alam.
ISLAM ADALAH PERADABAN
Sebuah
masyarakat yang di dalamnya manusia berkumpul dan berorganisasi berdasarkan kemerdekaan
dan kebebasan sesuai fitrah kemanusiaan itulah masyarakat yang berperadaban.
Adapun sebuah masyarakat yang di
dalamnya manusia berkumpul berdasarkan sesuatu di luar kemerdekaan dan
kebebasan fitrah kemanusiaan, maka masyarakat itu adalah sebuah masyarakat
“jahiliyah”. Sesungguhnya masyarakat Islam adalah sebuah masyarakat yang
anggotanya berkumpul berdasarkan kemerdekaan dan kebebasan. Apabila “nilai
kemanusiaan” atau “moral kemanusiaan” yang menjadi asas hidup umat manusia,
berkuasa di dalam sebuah masyarakat, niscaya masyarakat itu akan menjadi sebuah
masyarakat yang berperadaban. Nilai moral “kemanusiaan” itu yang menyebabkan
lahirnya aspek yang membedakan manusia dengan hewan. Nilai-nilai moral sangat
merosot keadaannya di dalam masyarakat jahiliyah, karena di dalam masyarakat
jahiliyah itu aspek-aspek dan ciri-ciri yang membedakan “manusia” dengan
“binatang” itu tidak diberi perhatian, malah dikesampingkan. Oleh karena itu
maka nilai-nilai moral, pengajaran dan hukum-hukam Islam yang menjamin kenyaman
hidup manusia yang memang benar-benar layak untuk menghidari diri sejauh
mungkin dari ciri-ciri kebinatangan.
Bila
saja umat manusia itu benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai "khalifah" Allah di bumi-Nya dengan cara yang benar, di samping membangun
kehidupan di atas nilai - nilai moral yang telah ditentukan oleh Allah SWT
kemudian membuat penelitian dan mengambil manfaat dari peraturan alam yang
telah ditugaskan oleh Allah sejak azali, dan menggunakannya untuk memajukan
kehidupan dan mengeluarkan hasil bumi, menjelajahi rezeki dan menikmati makanan
yang telah dikaruniai oleh Allah. Memang perlu sekali alam itu tersentuh dan
diolah dengan menggunakan kepandaian dan keahlian yang telah dikaruniai-Nya
melalui berbagai bentuk ilmu yang berkenaan dengannya. Bila saja umat manusia
menggali sumber rezeki dan menelusuri bahan-bahan mentah, mendirikan pabrik
perusahaan, melaksanakan pembangunan ekonomi dan pemerintahan negara dengan
menghayati hukum dan syariat Allah ketika itu semuanya melaksanakan di atas dasar
"lillaahi " - karena Allah, yaitu karena menunaikan ubudiah kepada
Allah maka pada saat itu umat manusia itu ber" peradaban" sepenuhnya.
Ada pun ciptaan, kemajuan dan pengembangan benda saja, tanpa menjalankan tugas
sebagai "khalifah" dan menjalankan "ubudiah" karena Allah
saja, tidak diakui oleh Islam sebagai "Peradaban" sebab kemajuan dan
pengembangan benda seperti itu bisa jadi diresapi oleh pengaruh jahiliyah.
Peradaban
Islam boleh dibentuk di dalam berbagai corak dan rupa, baik corak benda atau
teknikal; asal saja nilai-nilainya mempunyai asas yang kokoh; karena nilai
itulah yang menjadi tonggak peradaban ini. Asas-asas itu ialah:
- Pengabdian diri kepada Allah Yang Maha Esa,
- Berorganisasi atas asas akidah,
- Keagungan dan keluhuran nilai kemanusiaan dibandingkan dengan benda,
- Berfungsinya nilai-nilai kemanusiaan yang menyebabkan berkembangnya sifat “kemanusiaan” manusia, bukan sifat “kebinatangan” ,
- Kesucian keluarga,
- Melaksanakan tugas “khilafah” di bumi Allah dengan mengikut panduan Allah dan setia memegang janji dan amanah Allah,
- Mematuhi syariat saja di dalam semua urusan khilafah ini.
Perkembangan
peradaban Islam itu, tidak berhenti pada suatu tahap tertentu saja, baik dalam
batas kemajuan industri, ekonomi dan sains, bahkan ia terus berkembang melayani
gerak hidup masyarakat manusia. Hal ini telah dijamin oleh Allah SWT dalam
firmanNya: “Sibghah [celupan] Allah dan
siapakah yang lebih baik sibghah [celupan]nya daripada Allah?” (Al-Baqarah:138)
KONSEP ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN
Telah menjadi anggapan umum bahwa
soal perundangan saja yang mesti diterima
dari Allah SWT tetapi sebenarnya bukanlah soal perundangan itu saja yang mesti
diterima dari Allah, bahkan seluruh aspek, termasuk ekonomi, susila, kebudayaan juga mesti diterima dari Allah
SWT. Sesungguhnya haluan seluruh "falsafah", dan haluan seluruh
"pentafsiran sejarah manusia”, serta
haluan seluruh "ilmu jiwa”, selain dari beberapa detail tertentu,
begitu juga haluan seluruh "perbandingan agama" dan seluruh
"pandangan dan isme-isme kemasyarakatan," kecuali hasil yang
berdasarkan research dan statistic, di dalam fikiran ala jahiliyah, baik dulu
maupun sekarang, adalah terpengaruh secara langsung dan konsep jahiliyah yang
hampir seluruhnya bertentangan dengan konsep agama, terutama dengan konsep
Islam. Islam hanya mengenal dua saja bentuk kebudayaan dan ilmu pengetahuan,
yaitu:
- Kebudayaan/ilmu pengetahuan Islam: yaitu ilmu yang bersumber dari asas dan konsep Islam. Ilmu pengetahuan Islam meliputi segenap aktivitas pikiran dan realiti hidup manusia, yang mempunyai kaedah dan dasar tersendiri bagi menjamin berkembangnya aktivitas itu selama-lamanya.
- Kebudayaan/ilmu pengetahuan jahiliyah, yaitu kebudayaan yang mempertahankan pikiran manusia sebagai ganti Tuhan.
Memang
benar bahwa ilmu itu tidak terbatas di dalam lingkungan ilmu akidah dan
kewajiban beragama serta hukum-hakam dan peraturan saja, sebab ilmu itu meliputi
seluruh persoalan. Ia bersangkutan juga dengan soal peraturan dan undang-undang
menggunakan alam dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi ini.
Ilmu seperti itu sama perlu dan mustahaknya dengan ilmu yang mengenai akidah
dan konsep hidup. Tetapi ilmu yang tidak mempunyai hubungan dengan asas iman dan akidah bukanlah
ilmu yang dipuji oleh Al-Quran, ilmu seperti itu akan membikin manusia menjadi
sesat, seperti si buta kehilangan tongkat dan seperti layang-layang putus tali.
AKIDAH: RUPABANGSA MUSLIM
Bangsa
yang menjadi pilihan Allah yang sebenar ialah bangsa MUSLIM yang hidupnya terus
menerus di bawah bayangan panji-panji Allah, walaupun mereka berlainan bangsa
dan warna kulit serta bumi tempat berpijak. Dengan demikian maka tiada tanah
air bagi setiap muslim itu melainkan negara yang di dalamnya syariat dan
undang-undang Allah dilaksanakan, dan pertalian di antara setiap muslim dengan
setiap penduduk negara itu adalah berdasarkan pertalian di jalan Allah. Tiada
rupa bangsa bagi setiap muslim melainkan akidahnya yang menyebabkan dia berhak
menjadi seorang anggota di dalam "umat Islam" di dalam sebuah
"negara Islam". Tiada hubungan keluarga bagi setiap muslim itu
melainkan kekeluargaan yang tercetus dari akidah dan keyakinan kepada
Allah, lalu hubungan mesra di antaranya dengan
kaum keluarga dan kerabat handainya terjalin kerana Allah semata-mata. Bila
saja tali akidah telah tersemat, maka seluruh orang beriman itu menjadi
bersaudara, walaupun mereka tidak dipertalikan oleh sebarang hubungan perkawinan
atau keturunan darah. Negara yang tetap dirindui oleh setiap Muslim itu
bukanlah sekeping tanah tertentu. Rupa bangsa si Muslim yang menjadi identiti,
dan pengenalannya bukannya rupa bangsa dari suatu pemerintahan tertentu. Kaum
keluarga tempat si Muslim berteduh dan menumpang kasih bukanlah berdasarkan
darah keturunan. Panji-panji yang menjadi lambang kemegahan hidup si Muslim,
yang dia rela syahid di bawah kibarannya bukanlah panji-panji perkauman atau
kebangsaan; manakala kemenangan yang dibanggakan oleh si Muslim dan yang
disyukurinya bukan kemenangan tentera di medan pertempuran, tapi ialah seperti telah dijelaskan di dalam
firman Allah: “Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat” (An Nasr: 1-3).
JARAKNYA JAUH
Oleh
karena garis pemisah di antara program Allah dan program manusia itu terlalu
jauh jaraknya, maka mustahillah akan terdapat sebarang pertemuan: antara
keduanya di dalam suatu sistem dan mustahil pula menjadikan keduanya di dalam
satu wadah. Memang dua sahaja perkaranya; tiada tiga; yaitu: mematuhi suruhan
Allah dan Rasul-Nya atau mematuhi hawa nafsu, hukum Allah atau hukum Jahiliyah.
Sama saja melaksanakan hukum yang Allah turunkan dengan amanah atau pun
menyelewengkan peraturan yang telah Allah tetapkan. Hakikat ini seyogia
disematkan benar di dalam ingatan kita ketika kita mengemukakan Islam kepada
umat manusia, supaya kita tidak tergamam dan tergagap-gagap sehingga
menimbulkan keraguan orang terhadap Islam. Apabila kita sudah mulai
menyampaikan seruan Islam kepada umat manusia maka kita tidak boleh berhenti
menjalankan kegiatan itu melainkan
sesudah mereka yakin bahawa Islam akan mengubah corak hidup mereka, mengubah
konsep dan realiti hidup mereka, akan menukar segalanya dengan yang baru, yang
lebih baik dan lebih tinggi mutunya, lebih sesuai dengan taraf mereka sebagai
manusia. Dengan perubahan-perubahan itu maka akan terkikislah sisa-sisa
jahiliyah. Apabila kita mengerti dan paham akan hakikat Islam seperti yang kita
uraikan tadi maka secara otomatis pengertian dan pemahaman kita itu akan
memberikan kekuatan dan daya untuk mengemukakan Islam kepada umat manusia
dengan cara terbuka dan suara yang nyaring.
KEAGUNGAN IMAN
“Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, pada hal kamulah
orarg-orang yang paling tinggi darjatnya, jika kamu orang-orang yang
beriman." (Aali Imran: 139)
Sikap
padu dan teguh di dalam berjihad, adalah merupakan sebahagian dari rasa agung
dan mulia yang dimaksudkan oleh arahan Ilahi di atas. Perasaan agung dan mulia
memegang iman itu bukanlah bererti keazaman yang mutlak, yang hanya membuak di
dalam hati saja, atau berarti semangat berkobar-kobar tak menentu, tetapi ia
sebenarnya berarti rasa agung dan mulia
berdasarkan kebenaran hakiki kebenaran yang sesuai dengan tabiat alam.
Kebenaran yang tetap hidup walaupun dilawan deh kekuatan, oleh konsep dan
realiti. Kebenaran atau "hak" yang bersambung dengan Allah Yang Maha
Hidup dan tidak mengenal mati. Arahan seperti ini datang untuk menghadapi rasa
lemah dan dukacita (sedih) yaitu dua jenis perasaan yang selalu menghayati perasaan tiap orang yang
menjalankan tugas-tugas dakwah ke jalan kebenaran; menghadapinya dengan rasa
agung dan mulia di samping bersabar dan teguh memegang pendirian; rasa bangga
yang tercetus dari hati orang yang berjiwa besar, orang yang tak gentar
menghadapi ujian hidup. Orang yang tidak gentar menghadapi kezaliman yang
sedang berkuasa dan realiti hidup yang sedang berpengaruh, juga kebanyakan
manusia yang lebih memihak kepada yang sesat. Pendek kata orang beriman itulah
orang yang paling tinggi derajatnya,
yang paling mulia dan agung dari segi: konsep, dari segi hati nurani dan
perasaan, dari segi syariat dan sistem hidup, karena dia menerima dan mengambil
semuanya itu dari Allah SWT Pencipta alam semesta.
INILAH JALANNYA
Sesungguhnya
nilai yang paling berharga di dalam neraca Allah SWT ialah nilai akidah;
sesuatu yang paling laris di pasaran Allah ialah iman. Kemenangan yang paling
bernilai di sisi Allah ialah kemenangan roh atas kebendaan, kemenangan akidah
menghadapi sakit dan sengsara, kemenangan iman menempuh badai fitnah. Semua
manusia pasti mati, walaupun sebab dan punca kematian itu bermacam-macam bentuk
dan rupanya; namun seluruh manusia tidak
akan mendapat kemenangan seperti ini, tidak akan dapat mendaki setinggi ini,
dan tidak mendapat kebebasan sehebat ini. Yang perlu bagi setiap orang beriman
dan setiap pendakwah iman ialah menjalankan tugas, kemudian habislah perkara. Yang perlu ialah memilih Allah,
mengutamakan akidah melebihi yang lain-lain. Yang perlu ialah menghadapi segala
ujian dan fitnah dengan iman penuh di dada. Yang perlu ialah bersikap jujur
terhadap Allah di dalam niat dan amal,
di dalam sifat dan sikap. Serahkan saja kepada Allah untuk membuat
ketentuan, jaya atau gagalnya, kalah atau menangnya. Biarlah Allah yang
memberi keputusan mengenai mereka dan
juga mengenai musuh mereka; karena Allah mampu dan berkuasa melakukan
segala-galanya. Allah mampu dan berkuasa membuat keputusan terhadap dakwah dan
juga terhadap agamaNya selama-lamanya. Serahkanlah saja kepada-Nya. Biar Dia
yang menentukan segalanya. Ingatlah senantiasa pesanan dan arahan Allah ini: "Dan mereka tidak menyiksa orang-orang
mukmin itu melainkan karena orang-orang Mukmin
itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji."
(Al-Buruj: 8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan dikomentari, saya masih harus banyak belajar. Komentar dari Anda akan sangat membantu. ^_^