Rabu, 08 Januari 2014

RANGKUMAN PETUNJUK SEPANJANG JALAN (Sayyid Quthub)


Silahkan download Rangkumannya di sini
PETUNJUK SEPANJANG JALAN
Sistem nilai kebebasan yang dari dulu seringkali dibangga-banggakan oleh bangsa barat sudah mulai ditinggalkan. Sosialisme yang diusung oleh bangsa komunisme pun mulai menyeleweng dari seharusnya, bahkan mulai menampakan kegagalannya dan tak mampu untuk menuntaskan masalah yang  terjadi di masyarakat. Hal ini disebabkan nilai-nilai tersebut memang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Oleh karena itu perlu adanya kepemimpinan yang baru, yaitu kepemimpinan Islam. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan dalam ayat-ayatNya bahwa umat Islam memilki tujuan untuk menjadi pemimpin sekaligus dalam rangka ibadah kepadaNya. Namun untuk menjadikan yang demikian tidaklah mudah. Meskipun Islam pernah berjaya pada beberapa abad silam, namun kondisi sekarang yang telah banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan bangsa barat baik dari segi budaya, ilmu, teknologi dan lain sebagainya tidak dapat dihilangkan secara sepenuhya. Apalagi dalam perkembangan di bidang sains dan teknologi telah membawa manusia dalam kemajuan, oleh karenanya tidak dapat dihilangkan begitu saja. Namun bagi Umat Islam sendiri yang telah tertidur begitu lamanya tidak akan dapat menyainginya begitu saja. Maka dari itu umat ini tidak akan bersaing lewat jalan materi. Untuk memegang tampuk kepemimpinan dunia ini umat Islam membutuhkan yang lebih asasi dibandingkan dengan hal yang bersifat materi. Syarat pokok tersebut adalah akidah dan program yang akan membuat manusia teratur, bahkan mengendalikan sains dan teknologi. Dengan terbentuknya masyarakat Islam inilah, maka manusia hanya akan menghamba dan taat kepada Allah. Aturan yang berlaku adalah aturan Allah yang juga akan membawa kebaikan bagi manusia itu sendiri. 
Di zaman modern ini manusia tidak akan mendengar kepada akidah yang hanya diucapkan belaka. Oleh karenanya ia harus bisa menjelma menjadi  nyata dan bisa dibuktikan di dalam masyarakat, bahwa dengan terbentuknya masayarakat yang berpedoman pada Islamlah manusia akan selamat. Untuk mewujudkankan diperlukan beberapa kader atau pelopor untuk kebangkitan umat ini. Dan segolongan orang tersebut juga harus tahu pula pedoman atau panduannya. Dan panduan ini tidak lain dan tidak bukan adalah Al Quran dan juga dari arahan-arahan Al-Quran yang asasi juga dari konsep yang telah dipancarkan oleh Al-Quran ke dalam jiwa para pelopor dan kader dahulu, yang telah diberi penghormatan besar oleh Allah SWT untuk mengubah  sejarah umat manusia sesuai kehendak Allah.



GENERASI ALQURAN YANG UNIK
Generasi yang terbaik adalah generasi para sahabat Rasulullah SAW. Mengapa generasi tersebut sangat berbeda dengan generasi sekarang? Padahal AlQuran dan Hadist Rasulullah SAW masih ada sampai sekarang. AlQuran senatiasa dijaga kemurniannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat. Ketiadaan RasulullahSAW pada zaman sekarang bukan merupakan suatu alasan. Hal ini tejadi karena:
  1. Yang menjadi sumber pokok panduan mereka hanya AlQuran semata. Meskipun pada waktu itu banyak buku karangan, filsafat, ilmu, dan perundang-undangan dari kebudayaan lain tetapi Rasulullah SAW bermaksud mengarahkan supaya sumber panduan dan pengajaran generasi pertama itu hanya terbatas kepada kitab Allah (Al-Quran) saja dan jiwanya lurus ke arah sistemNya yang tunggal tersebut. Rasulullah SAW bertujuan membentuk satu generasi yang bersih hatinya, bersih pemikirannya, bersih pandangan hidupnya, bersih perasaannya, dan murni jalan hidupnya dari berbagai unsur lain. Namun kini sumber tersebut telah bercampur dengan sumber dan falsafah lain seperti falsafah Yunani dan cara berpikirnya, dongeng-dongeng Persia dan pandangan hidupnya, cerita-cerita Israel Yahudi, falsafah Ketuhanan ala-Kristen yang telah bercampur baur di dalam tafsir Al-Quran dan ilmu Al-Kalam. 
  2. Sahabat Rasulullah  sebagai generasi pertama itu tidak mendekatkan diri mereka dengan Al-Quran dengan tujuan mencari pelajaran dan bahan bacaan, bukan juga dengan tujuan mencari hiburan dan penglipur lara. Mereka mempelajari Alquran dengan maksud hendak melaksanakan arahan dan perintah Allah. 
  3. Setelah Islam datang para sahabat Rasulullah benar-benar meninggalkan kehidupan jahiliyahnya. Seorang yang menganut Islam itu sebenarnya telah melucutkan dari dirinya segala sesuatu dari zaman lampaunya di  alam jahiliyah.
Saat ini yang seharusnya kita lakukan adalah belajar untuk melakukan. Mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan maka lakukan. Sehingga kita akan menemukan keindahan Alquran.

TABIAT PROGRAM AL-QURAN
Persoalan yang dikemukakan oleh Ayat-Ayat Al-Quran zaman Mekah itu adalah persoalan MANUSIA yang tidak pernah berubah. Al-Quran zaman Mekah telah memberi  penjelasan kepada manusia tentang rahasia wujud manusia itu sendiri dan wujud dunia di sekitarnya. Hendaknya para dai memperhatikan  fakta tersebut, karena persoalan akidah adalah persoalan pokok sejak awal mula dakwah Rasul SAW. Ketika Rasulullah SAW menyerukan kalimat LA ILAAHA ILLALLAH ke dalam hati dan fikiran manusia, walaupun jalannya sangat lebih berat dibandingkan Rasul SAW menguasai manusia dengan cara lain, maka saat itu pula segala sesuatunya akan berjalan sesuai dengan keadilan Allah SWT, jiwa dan akhlak manusia pun menjadi bersih, nilai manusia pun menjadi tinggi. Manakala akidah LA ILAAHA ILLALLAH itu meresap di lubuk hati, niscaya akan meresap pulalah peraturan-peraturan yang dibawa oleh LA ILAAHA ILLALLAH itu. Aturan-aturan yang ada di ALQuran benar-benar sesuai dengan realita masyarakat serta tidak mengandai-andai, ia bersifat praktikal, bergerak dan serius.  Jika para da’i hanya menyampaikan sebagian saja tentang Islam dengan maksud supaya terlihat menarik dan mendapat simpati maka itu adalah kekeliruan yang besar. Sesungguhnya konsep Islam terhadap konsep ketuhanan, terhadap alam semesta ini, terhadap kehidupan dan manusia itu sendiri adalah merupakan suatu konsep yang menyeluruh dan sempurna, dan ia juga suatu konsep yang nyata lagi positif. Turunnya AlQuran yang secara berangsur-angsur ini mesti dipahami supaya manusia membacanya dengan tenang, supaya pembinaan dan penyusunan yang terdiri dari akidah, konsep, dan sistem yang ada itu bukan sekadar teori.

MASYARAKAT ISLAM PERTUMBUHAN DAN CIRI-CIRINYA
Manusia yang merupakan bagian dari alam semesta yang diciptakan oleh Allah SWT mestilah tunduk dan patuh pada peraturan dan undang-undang Allah yang mengatur perjalanan alam dan dunia ini seluruhnya. Namun jahiliyah dan penyelewengan dari hukum Allah itu tidak hanya sebatas teori semata. Ia malah kadang-kadang menjelma dalam bentuk masyarakat atau perkumpulan yang mengikuti kemauan, perasaan, dan kebiasaan masyarakat itu sekehendak hati sehinggga hubungan antar sesamanya begitu sangat erat tidak bisa dipecahkan. Oleh karena itu usaha untuk menghapuskannya harus benar-benar keras pula. Untuk mengatasinya maka perlulah adanya organisasi yang aktif, yang jauh dari ala jahiliyah dan mengikuti Rasulullah SAW, organisasi yang dasar teori Islam ini dapat menjelma di dalam kenyataan hidup masyarakat. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang berdasarkan akidah, tidak berdasarkan suku, negara, warna kulit, bahasa, dan kepentingan daerah; di dalamnya menunjukan ciri-ciri “memanusiakan manusia”. Masyarakat Islam itu menjadi sebuah masyarakat terbuka untuk semua bangsa, semua golongan, semuar warna kulit, semua bahasa dan sembarang perbedaan sehingga ia menjadi satu dalam sebuah wadah yang meraksasa dalam waktu yang singkat menjadi kokoh tiada bandingnya, menjangkau seluruh intisari  kebolehan manusia di zamannya dalam satu ikatan akidah yaitu Islam.

JIHAD DI JALAN ALLAH
Orang-orang yang mengerti akan tabiat agama ini (Islam)  mengerti dan paham pula tentang betapa penting dan perlunya sebuah organisasi yang aktif dan dinamis yang dibawa oleh Islam dalam bentuk perjuangan dengan menggunakan kekuatan senjata di medan perang, di samping perjuangan di medan penerangan (dakwah). Mereka juga tentu mengerti bahwa perjuangan Islam itu bukanlah suatu perjuangan untuk “mempertahankan diri saja” atau motif lain di luar tabiat asal agama ini. Jihad dan perjuangan adalah syarat utama bagi perjalanan dakwah ini, karena tujuan ialah memproklamirkan kebebasan umum umat manusia hingga ia mampu menghadapi realiti dari segenap segi. Dalam Al-Haj: 39-41 diterangkan bahwa mereka diperintah memerangi orang-orang dan golongan yang memerangi mereka terlebih dahulu dan dilarang memerangi orang atau golangan yang tidak mulai memerangi mereka. Menurut  pendapat Imam Ibnul-Qayyim pada peringkat pertamanya dilarang, kemudian dibenarkan, kemudian disuruh lakukan ke atas individu dan golongan yang memulakan  peperangan itu, kemudian diperintah supaya perang itu dilakukan ke atas seluruh orang musyrikin.
Sebelum setiap orang muslim keluar berjuang dan berperang di medan jihad, dia pada hakikatnya telah pun berhasil mengharungi medan jihad yang amat besar di dalam dirinya sendiri, melawan godaan syaitan di dalam hatinya, menentang nafsu dan syahwah keinginan yang beraneka bentuk, menentang rasa tamak, rasa cinta diri, cinta kaum kerabat dan anak bangsa sendiri, dan menentang logo-logo yang bukan logo Islam menentang sebarang dorongan untuk menyembah dan mematuhi   kuasa yang lain daripada Allah dan sebarang halangan dari terlaksananya kekuasaan dan pemerintah Allah di muka bumi ini.

LA ILAAHA ILLALLAH PANDUAN HIDUP
Pengakuan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah (LA ILAAHA ILLALLAH) dan Muhammad itu ialah utusan Allah (MUHAMMADUR RASULULLAH) adalah kaedah bagi suatu program yang lengkap yang menjadi tapak kehidupan umat Islam seluruhnya. Pengabdian diri itu hendaklah terjelma di dalam bentuk kepercayaan seperti juga di dalam semua syiar-syiar dan simbol-simbol peribadatan, seperti mana juga ianya menjelma di dalam peraturan-peraturan dan undang-undang. Sebelum dipikirkan soal mewujudkan masyarakat  Islam di atas landasan sistem itu perlu dan sayogyanya dititik beratkan dahulu kepada kebersihan setiap hati nurani si Muslim itu dari mengabdikan diri kepada yang lain daripada Allah dengan perkataan lain menjelma dalamnya pengakuan: bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muharmmad ialah utusan Allah (LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR-RASULULLAH). Masyarakat yang tidak murni pengabdiannya kepada Allah SWT; pengabdian yang menjelma di dalam kepercayaan dan keyakinan di dalam syiar dan lambang peribadatan, juga di dalam peraturan dan undang-undang disebut di dalamnya sebagai masyarakat jahiliyah. Termasuk di dalamnya adalah  masyarakat komunis; masyarakat penyembah berhala yang kebanyakan terdapat di India, Jepang, Filipina dan Afrika; masyarakat Yahudi dan Kristian; serta masyarakat yang mengaku masyarakat Islam tapi tidak menumpu dan membulatkan pengabdian dirinya kepada Allah SWT di dalam sistem hidupnya. Allah Yang Maha Mengetahui, agama Allah itu bukanlah sesuatu  yang kabur dan programnya untuk dihayati. Adapun situasi kehidupan manusia, teori-teori dan mazhab-mazhab pemikiran manusia jadi menyeleweng dan rusak karena ia tegak semata-mata di alas dasar ilmu pengetahuan manusia yang dangkal dan cetek seperti yang disifatkan oleh Al-Quran, bahwa manusia hanya diberi  ilmu pengetahuan yang sedikit saja.

UNDANG-UNDANG UNIVERSAL
Sesungguhnya dibalik alam semesta ini ada kuasa Allah SWT yang mengendalikan, menggerakan, mengatur langkah gerakannya satu persatu, sehingga tidak bertabarakan antar satu sama lain, tidak berhenti, sehingga pergerakannya teratur dan rapi.  Oleh sebab itu maka alam ini terus berjalan dengan selamat sampai Allah menghendaki sesuatu yang lain. Manusia adalah bagian dari alam ini. Undang-undang yang mengatur manusia tidak lain adalah undang-undang yang mengatur alam semesta ini. Syariat yang ditetapkan Allah untuk manusia adalah sesuai dengan fitrah hidupnya, itu merupakan bagian dari undang-undang umum Allah, yang disebut sebagi “undang-undang universal”. Syariat yang ditentukan Allah untuk manusia sesuai dengan perkembangan dan perjalanan alam, maka keseimbangan antara semua undang-undang itu berlaku dengan baiknya jika terjadi keselarasan semua itu di dalam hidup umat manusia dan dalam gerak alam tempat manusia itu hidup dan berteduh. Dengan demikian maka mematuhi dan mengamalkan syariat Allah adalah menjadi kewajiban utama bagi tercapainya “keseimbangan” itu, di samping kewajiban melaksanakan Islam dari segi akidah dan konsep hidup. Kebaikan dan kebahagiaan umat manusia akan dapat terlaksana dari adanya keseimbangan gerak lahir dengan gerak batin manusia, keseimbangan antara kedua gerak manusia dengan gerak alam semesta, yang berpedomankan syariat Ilahi untuk seluruh alam.

ISLAM ADALAH PERADABAN
Sebuah masyarakat yang di dalamnya manusia berkumpul dan berorganisasi berdasarkan kemerdekaan dan kebebasan sesuai fitrah kemanusiaan itulah masyarakat yang berperadaban. Adapun  sebuah masyarakat yang di dalamnya manusia berkumpul berdasarkan sesuatu di luar kemerdekaan dan kebebasan fitrah kemanusiaan, maka masyarakat itu adalah sebuah masyarakat “jahiliyah”. Sesungguhnya masyarakat Islam adalah sebuah masyarakat yang anggotanya berkumpul berdasarkan kemerdekaan dan kebebasan. Apabila “nilai kemanusiaan” atau “moral kemanusiaan” yang menjadi asas hidup umat manusia, berkuasa di dalam sebuah masyarakat, niscaya masyarakat itu akan menjadi sebuah masyarakat yang berperadaban. Nilai moral “kemanusiaan” itu yang menyebabkan lahirnya aspek yang membedakan manusia dengan hewan. Nilai-nilai moral sangat merosot keadaannya di dalam masyarakat jahiliyah, karena di dalam masyarakat jahiliyah itu aspek-aspek dan ciri-ciri yang membedakan “manusia” dengan “binatang” itu tidak diberi perhatian, malah dikesampingkan. Oleh karena itu maka nilai-nilai moral, pengajaran dan hukum-hukam Islam yang menjamin kenyaman hidup manusia yang memang benar-benar layak untuk menghidari diri sejauh mungkin dari ciri-ciri kebinatangan.
Bila saja umat manusia itu benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai "khalifah" Allah di bumi-Nya dengan cara yang benar, di samping membangun kehidupan di atas nilai - nilai moral yang telah ditentukan oleh Allah SWT kemudian membuat penelitian dan mengambil manfaat dari peraturan alam yang telah ditugaskan oleh Allah sejak azali, dan menggunakannya untuk memajukan kehidupan dan mengeluarkan hasil bumi, menjelajahi rezeki dan menikmati makanan yang telah dikaruniai oleh Allah. Memang perlu sekali alam itu tersentuh dan diolah dengan menggunakan kepandaian dan keahlian yang telah dikaruniai-Nya melalui berbagai bentuk ilmu yang berkenaan dengannya. Bila saja umat manusia menggali sumber rezeki dan menelusuri bahan-bahan mentah, mendirikan pabrik perusahaan, melaksanakan pembangunan ekonomi dan pemerintahan negara dengan menghayati hukum dan syariat Allah ketika itu semuanya melaksanakan di atas dasar "lillaahi " - karena Allah, yaitu karena menunaikan ubudiah kepada Allah maka pada saat itu umat manusia itu ber" peradaban" sepenuhnya. Ada pun ciptaan, kemajuan dan pengembangan benda saja, tanpa menjalankan tugas sebagai "khalifah" dan menjalankan "ubudiah" karena Allah saja, tidak diakui oleh Islam sebagai "Peradaban" sebab kemajuan dan pengembangan benda seperti itu bisa jadi diresapi oleh pengaruh jahiliyah.
Peradaban Islam boleh dibentuk di dalam berbagai corak dan rupa, baik corak benda atau teknikal; asal saja nilai-nilainya mempunyai asas yang kokoh; karena nilai itulah yang menjadi tonggak peradaban ini. Asas-asas itu ialah:
  1. Pengabdian diri kepada Allah Yang Maha Esa, 
  2.  Berorganisasi atas asas akidah, 
  3. Keagungan dan keluhuran nilai kemanusiaan dibandingkan dengan benda, 
  4. Berfungsinya nilai-nilai kemanusiaan yang menyebabkan berkembangnya sifat “kemanusiaan” manusia, bukan sifat “kebinatangan” , 
  5. Kesucian keluarga,
  6.  Melaksanakan tugas “khilafah” di bumi Allah dengan mengikut panduan Allah dan setia   memegang janji dan amanah Allah, 
  7. Mematuhi syariat saja di dalam semua urusan khilafah ini.
Perkembangan peradaban Islam itu, tidak berhenti pada suatu tahap tertentu saja, baik dalam batas kemajuan industri, ekonomi dan sains, bahkan ia terus berkembang melayani gerak hidup masyarakat manusia. Hal ini telah dijamin oleh Allah SWT dalam firmanNya: “Sibghah [celupan] Allah dan siapakah yang lebih baik sibghah [celupan]nya daripada Allah?” (Al-Baqarah:138)

KONSEP ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN
Telah menjadi anggapan umum bahwa soal perundangan saja yang mesti  diterima dari Allah SWT tetapi sebenarnya bukanlah soal perundangan itu saja yang mesti diterima dari Allah, bahkan seluruh aspek, termasuk ekonomi, susila,  kebudayaan juga mesti diterima dari Allah SWT. Sesungguhnya haluan seluruh "falsafah", dan haluan seluruh "pentafsiran sejarah manusia”, serta  haluan seluruh "ilmu jiwa”, selain dari beberapa detail tertentu, begitu juga haluan seluruh "perbandingan agama" dan seluruh "pandangan dan isme-isme kemasyarakatan," kecuali hasil yang berdasarkan research dan statistic, di dalam fikiran ala jahiliyah, baik dulu maupun sekarang, adalah terpengaruh secara langsung dan konsep jahiliyah yang hampir seluruhnya bertentangan dengan konsep agama, terutama dengan konsep Islam. Islam hanya mengenal dua saja bentuk kebudayaan dan ilmu pengetahuan, yaitu:
  1. Kebudayaan/ilmu pengetahuan Islam: yaitu ilmu yang bersumber dari asas dan konsep Islam. Ilmu pengetahuan Islam meliputi segenap aktivitas pikiran dan realiti hidup manusia, yang mempunyai kaedah dan dasar tersendiri bagi menjamin berkembangnya aktivitas itu selama-lamanya.
  2. Kebudayaan/ilmu pengetahuan jahiliyah, yaitu kebudayaan yang mempertahankan pikiran manusia sebagai ganti Tuhan.
Memang benar bahwa ilmu itu tidak terbatas di dalam lingkungan ilmu akidah dan kewajiban beragama serta hukum-hakam dan peraturan saja, sebab ilmu itu meliputi seluruh persoalan. Ia bersangkutan juga dengan soal peraturan dan undang-undang menggunakan alam dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi ini. Ilmu seperti itu sama perlu dan mustahaknya dengan ilmu yang mengenai akidah dan konsep hidup. Tetapi ilmu yang tidak mempunyai  hubungan dengan asas iman dan akidah bukanlah ilmu yang dipuji oleh Al-Quran, ilmu seperti itu akan membikin manusia menjadi sesat, seperti si buta kehilangan tongkat dan seperti layang-layang putus tali.

AKIDAH: RUPABANGSA MUSLIM
Bangsa yang menjadi pilihan Allah yang sebenar ialah bangsa MUSLIM yang hidupnya terus menerus di bawah bayangan panji-panji Allah, walaupun mereka berlainan bangsa dan warna kulit serta bumi tempat berpijak. Dengan demikian maka tiada tanah air bagi setiap muslim itu melainkan negara yang di dalamnya syariat dan undang-undang Allah dilaksanakan, dan pertalian di antara setiap muslim dengan setiap penduduk negara itu adalah berdasarkan pertalian di jalan Allah. Tiada rupa bangsa bagi setiap muslim melainkan akidahnya yang menyebabkan dia berhak menjadi seorang anggota di dalam "umat Islam" di dalam sebuah "negara Islam". Tiada hubungan keluarga bagi setiap muslim itu melainkan kekeluargaan  yang  tercetus dari akidah dan keyakinan  kepada  Allah, lalu  hubungan  mesra di antaranya  dengan  kaum keluarga dan kerabat handainya terjalin kerana Allah semata-mata. Bila saja tali akidah telah tersemat, maka seluruh orang beriman itu menjadi bersaudara, walaupun mereka tidak dipertalikan oleh sebarang hubungan perkawinan atau keturunan darah. Negara yang tetap dirindui oleh setiap Muslim itu bukanlah sekeping tanah tertentu. Rupa bangsa si Muslim yang menjadi identiti, dan pengenalannya bukannya rupa bangsa dari suatu pemerintahan tertentu. Kaum keluarga tempat si Muslim berteduh dan menumpang kasih bukanlah berdasarkan darah keturunan. Panji-panji yang menjadi lambang kemegahan hidup si Muslim, yang dia rela syahid di bawah kibarannya bukanlah panji-panji perkauman atau kebangsaan; manakala kemenangan yang dibanggakan oleh si Muslim dan yang disyukurinya bukan kemenangan tentera di medan pertempuran,  tapi ialah seperti telah dijelaskan di dalam firman Allah: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat” (An Nasr: 1-3).

JARAKNYA JAUH
Oleh karena garis pemisah di antara program Allah dan program manusia itu terlalu jauh jaraknya, maka mustahillah akan terdapat sebarang pertemuan: antara keduanya di dalam suatu sistem dan mustahil pula menjadikan keduanya di dalam satu wadah. Memang dua sahaja perkaranya; tiada tiga; yaitu: mematuhi suruhan Allah dan Rasul-Nya atau mematuhi hawa nafsu, hukum Allah atau hukum Jahiliyah. Sama saja melaksanakan hukum yang Allah turunkan dengan amanah atau pun menyelewengkan peraturan yang telah Allah tetapkan. Hakikat ini seyogia disematkan benar di dalam ingatan kita ketika kita mengemukakan Islam kepada umat manusia, supaya kita tidak tergamam dan tergagap-gagap sehingga menimbulkan keraguan orang terhadap Islam. Apabila kita sudah mulai menyampaikan seruan Islam kepada umat manusia maka kita tidak boleh berhenti menjalankan kegiatan itu  melainkan sesudah mereka yakin bahawa Islam akan mengubah corak hidup mereka, mengubah konsep dan realiti hidup mereka, akan menukar segalanya dengan yang baru, yang lebih baik dan lebih tinggi mutunya, lebih sesuai dengan taraf mereka sebagai manusia. Dengan perubahan-perubahan itu maka akan terkikislah sisa-sisa jahiliyah. Apabila kita mengerti dan paham akan hakikat Islam seperti yang kita uraikan tadi maka secara otomatis pengertian dan pemahaman kita itu akan memberikan kekuatan dan daya untuk mengemukakan Islam kepada umat manusia dengan cara terbuka dan suara yang nyaring.

KEAGUNGAN IMAN
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, pada hal kamulah orarg-orang yang paling tinggi darjatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." (Aali Imran: 139)
Sikap padu dan teguh di dalam berjihad, adalah merupakan sebahagian dari rasa agung dan mulia yang dimaksudkan oleh arahan Ilahi di atas. Perasaan agung dan mulia memegang iman itu bukanlah bererti keazaman yang mutlak, yang hanya membuak di dalam hati saja, atau berarti semangat berkobar-kobar tak menentu, tetapi ia sebenarnya berarti rasa agung dan mulia  berdasarkan kebenaran hakiki kebenaran yang sesuai dengan tabiat alam. Kebenaran yang tetap hidup walaupun dilawan deh kekuatan, oleh konsep dan realiti. Kebenaran atau "hak" yang bersambung dengan Allah Yang Maha Hidup dan tidak mengenal mati. Arahan seperti ini datang untuk menghadapi rasa lemah dan dukacita (sedih) yaitu dua jenis perasaan yang selalu  menghayati perasaan tiap orang yang menjalankan tugas-tugas dakwah ke jalan kebenaran; menghadapinya dengan rasa agung dan mulia di samping bersabar dan teguh memegang pendirian; rasa bangga yang tercetus dari hati orang yang berjiwa besar, orang yang tak gentar menghadapi ujian hidup. Orang yang tidak gentar menghadapi kezaliman yang sedang berkuasa dan realiti hidup yang sedang berpengaruh, juga kebanyakan manusia yang lebih memihak kepada yang sesat. Pendek kata orang beriman itulah orang  yang paling tinggi derajatnya, yang paling mulia dan agung dari segi: konsep, dari segi hati nurani dan perasaan, dari segi syariat dan sistem hidup, karena dia menerima dan mengambil semuanya itu dari Allah SWT Pencipta alam semesta.

INILAH JALANNYA
Sesungguhnya nilai yang paling berharga di dalam neraca Allah SWT ialah nilai akidah; sesuatu yang paling laris di pasaran Allah ialah iman. Kemenangan yang paling bernilai di sisi Allah ialah kemenangan roh atas kebendaan, kemenangan akidah menghadapi sakit dan sengsara, kemenangan iman menempuh badai fitnah. Semua manusia pasti mati, walaupun sebab dan punca kematian itu bermacam-macam bentuk dan rupanya;  namun seluruh manusia tidak akan mendapat kemenangan seperti ini, tidak akan dapat mendaki setinggi ini, dan tidak mendapat kebebasan sehebat ini. Yang perlu bagi setiap orang beriman dan setiap pendakwah iman ialah menjalankan tugas, kemudian habislah  perkara. Yang perlu ialah memilih Allah, mengutamakan akidah melebihi yang lain-lain. Yang perlu ialah menghadapi segala ujian dan fitnah dengan iman penuh di dada. Yang perlu ialah bersikap jujur terhadap Allah di dalam niat dan amal,  di dalam sifat dan sikap. Serahkan saja kepada Allah untuk membuat ketentuan, jaya atau gagalnya, kalah atau menangnya. Biarlah Allah yang memberi  keputusan mengenai mereka dan juga mengenai musuh mereka; karena Allah mampu dan berkuasa melakukan segala-galanya. Allah mampu dan berkuasa membuat keputusan terhadap dakwah dan juga terhadap agamaNya selama-lamanya. Serahkanlah saja kepada-Nya. Biar Dia yang menentukan segalanya. Ingatlah senantiasa pesanan dan arahan Allah ini: "Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang Mukmin  itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (Al-Buruj: 8).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan dikomentari, saya masih harus banyak belajar. Komentar dari Anda akan sangat membantu. ^_^