Selasa, 31 Januari 2012

Imaginasound

Rumah dan kampus saya bukanlah dua hal yang berjarak sedikit. Tapi mungkin kalau ditarik garis lurus menurut teorema phytagoras, pastilah lebih kecil jaraknya. Ca’elah! ribet banget  bahasanya, intinya Rumah dan kampus saya cukup jauh. Waktu tempuh minimalnya 6 jam. Tapi itu hal yang amat jarang terjadi. Bahkan pernah saya mengalami perjalanan dari rumah ke daerah kampus saya itu lebih dari 12 jam. Bayangkan! betapa menyebalkan dan membosankannya. (Padahal itu karena nyasar muter-muter plus nunggu hujan mandeg, maklum bow, bawa benda-benda elektronik* kulkas, tv, radio,magicom?? Pastinya. Pastinya bukanlah, memangnya mau boyongan toko elektronik?) Yang mengenaskan saat itu saya sendirian dan na’asnya lagi Allah swt tidak mengizinkan saya untuk menyusahkan orang lain (tahukan maksudnya?). Tidak ada sahabat yang bisa datang menolong as hero. Ckck.. nasib-nasib..


Itulah duka-dukanya  masuk kampus yang jauh dari rumah tercinta. Naik bus 2 jam, naik kereta 3 jam, naik angkutan tidak tentu berapa jam. Tapi karena sudah terbiasa, dengan tekad bulat membaja (bisa buat tolak peluru tuh), hanya mengharap ridha Allah, sehingga tidak begitu terasa dukanya. Hanya saja terlintas pikiran-pikiran, bagaimana itu bisa diubah. Misalnya saja saat naik kereta api, sepanjang perjalanan hanya bunyi bising rel kereta beradu yang terdengar. Kadang percuma, memakai headset mendengarkan murattal atau lagu. Tetap saja bunyi bising kereta yang menguasai alam pendengaran. Paling banter untuk mengatasi hal tersebut adalah tidur (kalau bisa, terkadang insomniak menyerang tanpa pandang tempat).  Lintasan pikiran, seandainya saja rel kereta yang dilalui kereta itu punya nada sendiri, jadi bukanlah suara bising yang terdengar melainkan melodi-melodi yang indah. Apalagi kalau nadanya bisa diatur sendiri, mau lagu apa tinggal disetel ulang. Wah.. bagaimana jadinya ya? (malah gak mikirin gimana caranya). 

Satu lagi, lintasan pikiran, seandainya saja ada sebuah alat yang bisa mengubah energi bunyi menjadi energi lain seperti energi listrik. Kita tidak akan membutuhkan batubara atau minyakbumi. Sumber energi dari kereta adalah bunyi kereta itu sendiri. Dan untuk memicu kereta berjalan cukup dengan peluit dari bapak petugas KA atau dengan energi teriakan dari para penumpang secara berjama’ah, “Jalan!” maka kereta akan berjalan. Hehew.. bahkan saya juga membayangkan bisa men-charger ponsel saat duduk atau berjalan sambil bernyanyi. Serta Yang tak luput dari imajinasi saya adalah keistimewaan suara orang yang membacakan ayat Al Quran, jika saat ini saja lantunan ayat-ayat suci telah mengandung kekuatan tersendiri, apalagi jika dijadikan sumber energi dalam artian sebenarnya. Semakin baik bacaannya semakin tinggi tingkatan energinya. Demikian halnya dengan bunyi atau suara yang negatif dan tidak enak didengar maka itu tidak bisa menghasilkan energi yang diinginkan, sehingga di dunia ini yang ada hanya suara dan bunyi yang positif yang membawa kedamaian.

Bersyukurlah bagi kita yang masih dikarunai pendengaran yang normal dan lisan yang bisa bertutur. Janganlah kita sia-siakan nikmat Allah ini untuk hal yang sia-sia apalagi untuk berbuat maksiat. 

*tulisan ini hanya sebagai penyemangat di rumah yang tilawahnya tidak se-istiqomah di kos, apalagi untuk konsentrasi hafalan, banyak godaannya euy. Buktikan keimananmu tidak dipengaruhi oleh bi'ah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan dikomentari, saya masih harus banyak belajar. Komentar dari Anda akan sangat membantu. ^_^