Ini
bukanlah pertama kali saya tahu, tapi saya telah lama menyadari bahwa di
sekitar saya ada orang yang luar biasa. Mereka tidak begitu handal dalam
berpikir apalagi berstrategi. Mereka bukan pula orang yang pandai berbicara,
menata kata-kata dalam irama dan bahasa yang mengagumkan. Apa yang mereka
katakan merupakan hal yang biasa saya dengar dan ketahui sejak lama. Itu pun
dalam bahasa yang miskin kosa kata. Begitulah pendapat ‘sok tahu’ saya terhadap
mereka.
Tapi
apa sebenarnya yang membuat saya tetap mengikutinya, merasa itu berbeda dari
sebelumnya, dan terlambat kagum sesudahnya?
“jika
lisan kita dipakai untuk beribadah, Allah akan memberikan satu cahaya. Demikian
pula jika kita pakai panca indra kita yang lainnya untuk beribadah, maka satu
cahaya Allah berikan”.
Benar
saja.
Wajah-wajah
mereka selalu dihiasi senyum keikhlasan. Tidak ada muram maupun masam. Tuturnya
jauh dari menyakitkan. Sangat teduh dan sabar meskipun banyak dirundung ujian,
seakan itu bukanlah beban. Mereka selalu memikirkan orang lain dan membuang
jauh-jauh yang namanya keegoisan.
Keistiqomahan
mereka,,,,, tak diragukan.
Saudariku
kau membuatku iri. Usil mengutip lirik paling aneh bin ajaib bin sadis: “Kau
bidadari jatuh dari surga dihadapanku” (gimana gak sadis? Jatuhnya gak
tanggung-tanggung bro, dari surga... gimana ancurnya?) :)
Thank
you, arigatou gozaimasu, jazakillah khair, for all of my sista-s mau jadi
saudari bagi orang yang hitam tapi gak manis ne. (coz lo hitam manis, kayak
kecap donk, hehe, wataw!!). Semoga cahaya yang kalian pancarkan dapat menerobos dalam kabut di hati ini, hingga saya tidak akan tersasar tanpa tahu arah...
sekali lagi membuktikan.. bahwa semua yang diciptak oleh-Nya gag ada yang sia-sia bahkan daun yang jatuh sekalipun.. tinggal kitanya ajja yang dibutuhkan kesadaran tinggi.. ngeh sama sekitar.. tau dll bahwa memang semua memberi sesuatu bagi yang lainnya :)
BalasHapus