Minggu, 29 Juli 2012

Don’t treat the sickness, treat the person

“Don’t treat the sickness, treat the person”. Itu merupakan judul dari salah satu episode dorama Jepang Dr. Koto’s Clinic. Hei hei, ada sesuatukah dengan film ini? Bagi yang sudah nonton filmnya pasti tahu. Sekilas setelah saya baca judul tersebut, dengan serta merta saya tersenyum dan menyepakatinya. Yang disembuhkan itu orangnya bukan penyakitnya. 

Senada dengan kebiasaan malam di desa-desa, kalau pas mau ke warung ditanya, “mau beli apa?” dan kalau pas kebetulan dijawab “mau beli obat nyamuk”. Namun sayang jarang sekali orang yang menanyakan kembali “memangnya sakit apa nyamuknya?”. Ee? Sekarang bukan nyamuk lagi, tapi mungkin ngamuk tuh orang. Maksud doi pasti bukan obat untuk menyembuhkan nyamuk tapi obat anti nyamuk, obat untuk membasmi nyamuk. Hm.. jadi membahas nyamuk sih.. gara-gara diganggu nyamuk ne…ngingg…nging…ngiiing……plok! nah lo kena!

Dr. Koto adalah seorang dokter yang berasal dari mainland (suatu pulau utama Jepang). Ia dipindahkan ke pulau Shikina (pulau  terpencil) seorang diri lantaran suatu sebab. Tapi sebenarnya ia termasuk dokter muda yang sangat berbakat. Suatu ketika ia menemui seorang Ibu yang kakinya infeksi akibat terkena paku berkarat. Menurut diagnosa temannya yang merupakan dokter baru lulus dari Amerika, kaki ibu itu harus segera diamputasi, tidak ada cara lagi selain ia harus segera diamputasi. Jika tidak demikian maka ini akan menyebabkan kematian, begitu menurut ilmu yang didapat di sekolah kedokterannya. Tapi tidak demikian dengan Dr.Koto. Dokter yang mempunyai perangai ramah dan berhati mulia itu mempunyai pemikiran tersendiri, bahwa dengan  mengambil sedikit resiko kaki si Ibu tidak harus diamputasi. Ia mengatakan
“let’s not amputate”
“ten patient with the same diseases need ten different treatments”
“this island has many hills, she lives alone and doesn’t drive. Without a leg, how could she get around on this island”
“if you consider her life afterwards, some risk need to be taken”
“ we don’t treat the sicknesses, we treat the people”. 
Wah, dokternya keren ya, pakai bahas Inggris. Eh? itu hanya transletan bahasa Inggrisnya. Tentu ia pakai bahasa Jepang cuy.

Akhirnya dengan kerja keras sang dokter, si Ibu bisa disenbuhkan juga. Ya tanpa harus diamputasi. Hanya sekadar dioperasi sedikit dan dikasih antibiotik. Hah, masak? Ga tahu denk, ne Cuma perkiraan. Hehe.

Hm.. saya sedang berusaha keras mencari hikmah yang bisa diambil dari film tersebut kaitannya dengan dunia dakwah. Saya jadi berpikir, jangan-jangan selama ini saya atau rekan-rekan semua yang sedang berkecimpung di dunia dakwah salah niatan,, yang harusnya mendakwahkan Islam tapi kita malah terlalu terobsesi dengan bagaimana membuat acara atau program kerja yang menarik dan gemerlap agar Rohis tidak dipandang cupu, kuper, n jadul. Kita mati-matian mengajak adik-adik masuk ke kos binaan atau ke wajihah yang kita inginkan ternyata esensi yang sebenarnya tidak tersampaikan. Kita ngadain kajian, tapi ternyata gara-gara kajian itu shalat kita jadi tidak awal waktu.

Saya harap tidak seperti itu, ya mas, mb, bro, sist, akhy, ukhty. Semoga di mana pun kita berada, apa pun aktifitas kita, niatkanlah selalu untuk mencari ridha Allah. Ingatlah bahwa yang kita usung adalah agama Allah. Ini selalu akan ada banyak cara untuk menegakkannya tanpa harus melanggar syariat.

Dan lagi benar kata dr. Koto, jika ada sepuluh pasien dengan penyakit yang sama, maka tidak hanya ada satu cara untuk menyembuhkan, tapi bisa saja ia berbeda-beda. Begitu juga dengan dakwah kita. Meskipun di sana ada banyak orang yang berkebutuhan sama, sama-sama butuh dakwah kita. Maka cara dakwah kita pun hendaknya tidak sama. Lihatlah siapa yang kita dakwahi, latar belakangnya, tempat tinggalnya, adat kebiasaannya, pola pikirnya dan sebagainya.

Jadi jika kau bisa melihat, mendengar, dan merasakan (SO7 bAngEtz ^_^’v) di sana tidak ada aturan baku berdakwah. Dakwah adalah seni kehidupan. Yang kau butuhkan dan kau patri kuat-kuat dalam hati adalah Niat karena Allah dan tahu ilmunya. (hoe’? Tetap saja ada aturannya, hehe,, Gomene!).



6 komentar:

  1. Salam kenal, salam ukhuwah ukhti :)

    Ya, pada realitanya banyak kita temukan hal2 yang harusnya menjadi baik, tetapi karena sangat terobsesi menjadi tidak baik.
    Semangat dakwahnya ya ukht ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. jazakillah sudah mau kenal dengan saya..

      salam ukhuwah juga ukhty..
      semoga kita bisa saling berbagi ilmu yang bermanfaat ^_^

      Hapus
  2. hehe,, subhanallah sodariku yang satu ini,,, ganbatte ukhti,,, i love u full

    BalasHapus
  3. subhanallahu,,ane jd pnasaran sama filmnya ukh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, sdh buat orang penasaran ne.
      saya punya serinya, tapi afwan tidak bisa saya up load-kan.
      antum tanya ke mbah google saja ya??

      Hapus

Silakan dikomentari, saya masih harus banyak belajar. Komentar dari Anda akan sangat membantu. ^_^